Kementerian ESDM akan mendorong percepatan program jaringan gas kota (jargas) dan mengupayakan harga gas yang ekonomis dan terjangkau bagi masyarakat sebagai upaya untuk mengatasi harga minyak yang terus merangkak naik.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia (HEESI), harga minyak dunia dinilai cukup tinggi akibat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dan terjadinya konflik yang mempengaruhi permintaan energi secara global.
Selain itu harga LPG 3 Kg belum mengalami perubahan sejak 2008. Harga LPG yang tidak bersubsidi juga mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Serta tarif listrik di Indonesia juga relatif lebih rendah dibandingkan tarif di negara ASEAN.
“Sekarang bagaimana kita bisa melakukan percepatan program jargas. Pemerintah juga mengupayakan harga fit gas itu yang ekonomis dengan memperhitungkan biaya yang dikeluarkan untuk jargas ini dengan ongkos subsidi LPG dalam jangka panjang,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif, dikutip dari laman Kementerian ESDM, Kamis (11/7).
Sebagai informasi, program pembangunan jargas merupakan proyek pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG), Program ini telah dilaksanakan Kementerian ESDM dalam hal ini Ditjen Migas sejak tahun 2009 dan hingga saat ini total telah terbangun 900.000 SR.
Pemerintah menargetkan pembangunan jargas sebanyak 2,5 juta sambungan rumah (SR). Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan target semula yakni 4 juta SR. Kementerian ESDM mengatakan bahwa penurunan target ini dilandasi oleh masalah operasional.
Sementara itu Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas) Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM mencatat pemanfaatan jargas yang telah terpasang saat ini dapat menghemat subsidi LPG sekitar Rp 1,6 triliun dan menghemat devisa US$ 140 juta atau sekitar Rp 2,19 triliun.
“Ini makin menguatkan posisi gas sebagai pilihan utama di era transisi energi,” kata Kepala Lemigas, Ariana Soemanto, medio Februari 2024.