Beberapa KKKS Buka Data untuk Alihkan Aset Migas, SKK Migas: Normal Dilakukan
SKK Migas mengatakan sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) melakukan pembukaan data sebagai langkah pengalihan participating interest aset migasnya di Indonesia, dari pemegang wilayah kerja ke perusahaan lain (farm out).
“Secara praktik sebenarnya normal bagi KKKS untuk melakukan share down saham melalui pembukaan data,” kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro saat dihubungi Katadata pada Kamis (25/7).
Hudi mengatakan Petronas dan Mubadala telah membuka data aset migas di Indonesia. Namun, Hudi tidak menjelaskan alasan pembukaan data untuk pelepasan saham di aset migas yang dilakukan oleh KKKS. “Untuk alasan pastinya, bisa ditanyakan kepada pihak terkait,” ujarnya.
Senada dengan Hudi, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara juga mengatakan bahwa hal yang lazim jika KKKS melakukan share down atau farm out aset migasnya.
“Farm out atau share down itu untuk mengurangi porsi saham dalam rangka mitigasi risiko,” kata Benny saat konferensi pers di kantornya, pekan lalu.
Berikut beberapa KKKS yang melakukan farm out pada aset migas di Indonesia:
- Petronas
Dalam daftar wilayah kerja (WK) migas yang memiliki peluang pelepasan saham eksplorasi dan eksploitasi oleh SKK Migas, terdapat dua WK yang dikelola oleh perusahaan migas asal Malaysia, Petronas yakni WK North Madura II dan WK Bobara.
“Petronas nanti akan share down untuk mengurangi porsinya. Dia akan mengajak partner kompeten lain dalam rangka sharing knowledge,” ujar Benny.
Sebelumnya, pada 20 Februari 2024 Kementerian ESDM mengumumkan Petronas Carigali (PC) North Madura II Ltd sebagai pemenang penawaran lelang WK migas Bobara. WK Bobara berlokasi di offshore Papua Barat dengan luas wilayah 8.444,49 kilometer persegi (km2). Tutuka mengatakan WK ini ditawarkan dengan mekanisme lelang reguler.
“Tim penawaran wilayah kerja telah melakukan evaluasi terhadap dokumen partisipasi yang disampaikan. WK ini memiliki perkiraan potensi awal sebanyak 6,8 miliar barel setara minyak (BBOE) yang mengandung minyak dan gas,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Jakarta, pada Selasa (20/2).
WK North Madura II yang juga dioperasikan oleh Petronas Carigali North Madura II memiliki lapangan minyak hidayah yang akan mulai berproduksi pada awal 2027 dengan tingkat produksi saat itu pada kisaran 8.973 barel per hari (bph). Lapangan ini akan mencapai puncak produksi pada 2033 dengan kisaran produksi 25.276 bph.
- Mubadala
Mengacu pada paparan Benny, KKKS lain yang berencana melakukan farm out adalah Mubadala Energy untuk WK Andaman I. Awalnya, Mubadala secara utuh menjadi pengelola tunggal WK ini. Namun, pada 2020 lalu perusahaan ini mengurangi kepemilikan sahamnya 20% yang dilepas ke Premier Oil. Oleh sebab itu, Mubadala saat ini hanya memiliki 80% saham pengelola WK Andaman I menggunakan skema cost recovery.
- ENI
Raksasa energi Italia, Eni, dilaporkan akan menjual aset hulu migas globalnya dengan nilai total US$ 4,3 miliar atau sekitar Rp 70 triliun. Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa aset-aset Eni di Indonesia dan Siprus menjadi target potensial penjualan ini.
Eni mulai beroperasi di Indonesia pada 2001 di bidang eksplorasi, produksi, dan pengembangan migas baik onshore maupun offshore. Mengutip dari laman Eni.com, saat ini Eni memiliki 12 kontrak bagi hasil produksi (production sharing contract/PSC) di Indonesia, 9 di antaranya merupakan proyek laut dalam.
Total produksi gas tahunan Eni di Indonesia mencapai 149 miliar kaki kubik (bcf) dan 29 juta barel setara minyak (mmboe). Proyek-proyek yang dioperasikan Eni di Indonesia antara lain Lapangan Merakes di Wilayah Kerja (WK) Sepinggan, Lapangan Jangkrik di WK Muara Bakau, Lapangan Maha-2 di WK West Ganal, proyek Indonesia Deepwater Development, dan Geng North.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan belum mendapat informasi resmi dari Eni. Proyek-proyek yang dioperasikan perusahaan di Tanah Air masih berjalan sesuai rencana. "Secara paralel, Eni sedang melaksanakan beberapa proyek pengembangan, dengan investasi cukup agresif," kata Dwi kepada Katadata.co.id, Selasa (2/7).
Menurut dia, kerja sama industri hulu migas yang membutuhkan investasi besar dan memiliki risiko tinggi adalah hal yang wajar. "Asal tidak memperlambat pelaksanaan proyek pengembangan dan kegiatan operasional," ucapnya.