Sederet Tantangan Bahlil sebagai Menteri ESDM Baru versi Arifin Tasrif
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaksanakan serah terima jabatan Menteri ESDM dari Arifin Tasrif kepada Bahlil Lahadalia. Arifin menyerahkan menyerahkan dokumen hasil kerjanya dengan harapan dapat menjadi bahan akselerasi pengambilan kebijakan Menteri ESDM yang baru.
“Saya ucapkan selamat kepada Bapak Menteri dan selamat bekerja. Kami yakin di bawah kepemimpinan Menteri ESDM Pak Bahlil, sektor ESDM akan dapat mencapai kinerja yang jauh lebih baik,” kata Arifin dalam acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM pada Senin (19/8).
Dalam pidato terakhirnya, Arifin mengatakan kedepannya tugas-tugas Kementerian ESDM akan semakin menarik dan terdapat banyak tantangan.
“Kita harus upayakan untuk bisa memaksimalkan potensi sumber-sumber cadangan minyak dan gas bumi serta menemukan potensi-potensi baru untuk mineral-mineral kita yang masih terdata di lapangan-lapangan Greenfield,” ujar dia.
Arifin menyebut Kementerian ESDM memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan energi serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber alam yang ada. Terlebih dengan adanya pertumbuhan konsumsi migas yang dihadapkan dengan penurunan produksi minyak dalam negeri.
Untuk menghadapi kondisi ini, Arifin menyebut terdapat langkah-langkah strategis yang dapat diambil. “Melakukan upaya-upaya untuk penemuan sumber-sumber baru, dan optimasi sumber-sumber yang ada dengan memanfaatkan teknologi dan pengalaman-pengalaman yang telah dilaksanakan oleh partner kita,” kata dia.
Strategi berikutnya dengan upaya perbaikan kebijakan agar daya tarik investasi di sektor hulu migas ini menjadi memiliki daya saing. “Di samping itu, perlu dilakukan langkah-langkah peningkatan efisiensi agar kita bisa mengulangi impor dan mengurangi beban subsidi,” kata dia.
Arifin mengatakan perlunya upaya percepatan produksi untuk temuan gas besar seperti Geng North di Kalimantan Timur pada 2027-2028, di Blok South Andaman sebelum 2030, dan upaya mendorong produksi Blok Masela pada 1 Januari 2030.
Melalui temuan besar ini, dia menyebut pemerintah perlu membangun infrastruktur energi, salah satunya berupa pipa transmisi gas dari ujung Sumatera hingga ujung Timur Jawa yang diharapkan dapat selesai pada 2028.
“Inilah yang menjadi tantangan kementerian ini bagaimana infrastruktur energi itu bisa kami bangun sehingga kami bisa menjamin keberadaan energi dan sekaligus juga ketahanan energi buat negeri kita ini,” ujar dia.
Strategi berikutnya pembangunan super grid untuk bisa mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan ke seluruh pelosok negeri sekaligus membantu industri-industri prosesing kita untuk memanfaatkan energi.
Selanjutnya, strategi dalam bidang mineral untuk mendorong hilirisasi semaksimal mungkin. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya mineral yang cukup besar.
“Nikel, sekarang kita menjadi salah satu produsen eksportir nikel yang terbesar di dunia. Kemudian tembaga dan aluminium untuk infrastruktur, tembaga listrik, timah. Jadi kami masih perlu mendorong program-program hilirisasi,” katanya.