Pemerintah Diminta Tingkatkan Eksplorasi untuk Genjot Lifting Migas
Indonesian Petroleum Association (IPA) meminta pemerintah untuk meningkatkan produksi lifting migas domestik yang saat ini mengalami tren penurunan.
“Bagaimana caranya pemerintah melakukan eksplorasi lebih banyak supaya aktivitas hulu migas lebih bergiat,” kata Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Marjolijn Wajong saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta pada Senin (19/8).
Kondisi lifting migas domestik menjadi sorotan setelah beberapa pejabat publik menyinggung terkait kinerja yang semakin menurun mulai dari Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru, Bahlil Lahadalia.
Menurut Marjolijn, peningkatan produksi lifting migas perlu didorong dengan eksplorasi dan pengembangan lapangan-lapangan migas baru secara tepat waktu.
“Dari situ produksi migas kita bisa naik. Tentu ada agenda dari Pak Menteri seperti hilirisasi, tapi khusus upstream oil and gas kuncinya adalah eksplorasi dan pengembangan lapangan harus digalakkan,” ujarnya.
Diketahui, IPA juga merupakan pemain utama sektor industri hulu migas dengan anggota perusahaan di hampir seluruh produksi migas nasional, beserta anggota asosiasi dan anggota individu.
Optimalisasi Lifting Minyak
Sebelumnya, Bahlil menyebut terdapat sejumlah hal yang diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan presiden terpilih Prabowo Subianto terkait jabatannya sebagai Menteri ESDM yang baru.
“Terkait dengan optimalisasi peningkatan lifting minyak kita dari sumur-sumur idle yang sudah diberikan oleh SKK Migas,” kata Bahlil dalam sambutannya dalam acara serah terima jabatan di Kementerian ESDM pada Senin (19/8).
Hal ini didorong sebab dia menyebut kondisi lifting minyak domestik yang saat ini terus menurun, namun disaat yang bersamaan tingkat konsumsi minyak bumi juga meningkat. Kondisi ini mengakibatkan kenaikan impor minyak, padahal Indonesia masih memiliki potensi minyak dalam negeri.
“Jadi, Ibu Dirut Pertamina ini kita harus bicara detail. Kalau memang itu persoalannya ada di regulasi, apa yang kami harus lakukan. Sweetener apa yang harus negara berikan agar kita kompetitif,” ujarnya.
Bahlil mendong kompetisi ini agar industri hulu migas Indonesia tidak tertinggal dengan negara lain yang sama-sama melakukan eksplorasi. Dia bahkan meminta data lengkap mengenai jumlah impor gas bumi Indonesia yang menurutnya sudah terlalu banyak.
Selain impor gas bumi, Bahlil juga meminta detail lokasi potensi gas jenis C3 C4 yang digunakan sebagai bahan baku LPG. “Segera kita membangun hilirisasi LPG, kami menyiapkan lokasi untuk membangun industri LPG. Karena LPG kita impor terus," ucapnya.