Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi memastikan keputusan akhir investasi (FID) proyek gas jumbo Abadi Masela akan ditetapkan pada akhir tahun depan.
“Targetnya FID akhir 2025, agar proyek ini bisa mulai konstruksi,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di Jakarta pada Rabu (11/9).
Lapangan gas Abadi Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional Indonesia. Kapasitas produksi lapangan gas ini diharapkan mencapai 9,5 juta metrik ton per tahun atau MTPA LNG, 150 juta standar kaki kubik per hari atau MMSCFD gas pipa, dan sekitar 35.000 barel kondensat per hari atau BCPD. Proyek ini ditargetkan beroperasional pada kuartal IV 2029.
Dwi menyebut proyek gas ini dapat beroperasi sesuai dengan target jika FID Abadi Masela dapat terlaksana pada akhir tahun depan. Selain FID, menurut Dwi, pembebasan lahan untuk pembangunan Onshore LNG Plant di Pulau Tanimbar juga sudah selesai.
“Sekarang sedang melakukan survei-survei untuk melengkapi analisis dampak lingkungan. Sekaligus menyiapkan front end engineering design (FEED) atau tahap desain awal proyek,” ujarnya.
Dwi berharap, FEED ini dapat terlaksana pada 2025 selepas penyelesaian analisis dampak lingkungan. Ia sebelumnya menjelaskan sejumlah kerugian yang ditanggung jika Proyek Abadi Masela tidak dapat berproduksi tepat waktu.
“Yang perlu kita sadari seandainya mundur, ada kerugian dari sisi pendapatan. Kita akan kehilangan US$ 5 miliar per tahunnya,” kata Dwi dalam acara kick off di Kantor Inpex Jakarta pada Kamis (28/12/23).
Dwi menjelaskan, keterlambatan waktu produksi Gas Masela juga dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan belanja modal atau capex yang mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 15 triliun, Dengan demikian, total kerugian dapat mencapai lebih dari Rp 90 triliun.
"Belum lagi biaya tenaga kerja. Jadi begitu besarnya overrun capex apabila proyek ini mengalami kemunduran,” ujarnya.
Proyek Abadi Masela memiliki nilai investasi mencapai US$ 20,9 miliar atau sekitar Rp 324 triliun. Besarnya nilai investasi ini hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
Proyek ini juga akan menghasilkan pendapatan bagi pemerintah sebesar US$ 37,8 miliar atau Rp 586 triliun. Proyek Masela semakin menunjukkan titik terang berkat terbentuknya konsorsium baru pengelola blok tersebut.
Tidak hanya Inpex, Pertamina Hulu Energi Masela dan Petronas juga turut ambil bagian dalam lapangan gas abadi tersebut. Masela juga akan menjadi proyek LNG pertama yang memiliki carbon capture storage (CCS) di dalamnya.
Adanya CCS sebelumnya telah dimasukkan dalam rencana pengembangan atau POD revisi kedua yang sebelumnya telah disetujui oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada November 2023. CCS dalam proyek ini memiliki kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton serta kapasitas penyimpanan hingga 1,2 giga ton.