Prabowo Targetkan Swasembada Energi, ESDM akan Tingkatkan Lifting Migas

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/wpa.
Foto aerial Anjungan Central Plant Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Laut Jawa, Jawa Barat, Sabtu (17/8/2024).
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Sorta Tobing
24/10/2024, 11.42 WIB

Presiden Prabowo Subianto mengatakan komitmen Indonesia menuju swasembada pangan dan energi. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung mengatakan ada beberapa sektor yang akan digenjot untuk mencapai target tersebut.

“Kami harus meningkatkan volume minyak terangkut (lifting), yang saat ini berada di angka 600 ribu barel per hari,” katanya saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu malam (24/10).

Kinerja lifting migas domestik pada semester pertama 2024 masih di bawah target. Angkanya sebesar 576 ribu barel per hari atau 91% dari target yang ditetapkan dalam APBN.

Selain itu, Kementerian ESDM juga akan mendorong konversi termasuk yang bersumber dari energi baru dan terbarukan. “Contohnya, ekosistem kendaraan listrik yang sudah terbangun. Hal ini dapat mengurangi konsumsi bahan bakar minyak,” ujarnya.

Tidak hanya swasembada energi, Yuliot menyebut, Kementerian ESDM juga mendapatkan arahan dari Prabowo untuk mengelola sumber daya alam dengan baik. “Agar bisa memberikan percepatan pembangunan, kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.

Sebelum lengser, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta lifting minyak dapat lebih tinggi dari torehan saat ini di tengah tren penurunan beberapa tahun terakhir. Penurunan produksi telah memberatkan kondisi keuangan negara, terutama subsidi BBM.

Pemerintah selama ini harus menutup kekurangan produksi dengan mengimpor minyak dan BBM. Akibatnya, devisa negara ikut tergerus. 

"Saya titip yang berkaitan dengan lifting minyak, harus naik. Dengan cara apapun harus naik," kata Jokowi pada 10 Oktober 2024.

Pertamina, menurut dia, perlu melakukan kerja sama dengan perusahaan migas swasta, atau bahkan asing guna meningkatkan produksi migas.  "Kalau kita hitung, kelihatannya hanya turun kecil, sekitar 100 barel, 50 barel. Tapi kalau dihitung ke uang berarti impor minyak kita, impor gas, bisa ratusan triliun yang harus kita keluarkan," ujar Jokowi.

Reporter: Mela Syaharani