Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia akan mempercepat hilirisasi bauksit. Selama ini progres penambahan nilai ekonomi dari jenis mineral ini tak secepat nikel.
Upaya akselerasinya akan dengan cara memperkuat pembiayaan. "Kami lagi menata ini," kata Bahlil di Jakarta, Jumat (29/11). Ia juga akan mengundang para pelaku industri di sektor pengolahan atau pemurnian (smelter) bauksit untuk segera melakukan percepatan hilirisasi.
PT Superintending Company of Indonesia atau Sucofindo, perusahaan inspeksi di Indonesia, melaporkan setidaknya hanya empat dari 12 smelter bauksit di Indonesia yang sudah beroperasi.
Smelter bauksit yang telah beroperasi di Indonesia adalah PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (ekspansi), dan PT Bintan Alumina Indonesia.
Dibandingkan dengan smelter nikel, menurut data Kementerian ESDM, pada 2023 jumlahnya tercatat mencapai 116 unit. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) dan Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat nikel Indonesia merupakan yang terbesar kedua di dunia, sedangkan bauksit menjadi yang terbesar keempat di dunia.
Per 2023, sumber daya nikel Indonesia berupa bijih sebesar 18,5 miliar ton dengan total cadangan 5,3 miliar ton. Untuk bauksit total sumber daya yang dimiliki berupa bijih sebanyak 7,4 miliar ton, dengan total cadangannya dalam bentuk bijih sebesar 2,7 miliar ton.