Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan ada peluang mengimpor minyak bumi dari Rusia. Peluang ini muncul setelah Indonesia resmi bergabung menjadi anggota BRICS.
Pengamat ekonomi energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki mengatakan ada dampak positif dan negatif dari rencana itu. “Kemungkinan kita dapat memperoleh harga minyak yang lebih murah 20%-30% dibandingkan harga pasar internasional,” katanya saat dihubungi Katadata.co.id pada Senin (13/1).
Namun, Rusia memakai hasil penjualan minyaknya untuk membiayai perang dengan Ukraina. "Saya agak khawatir nantinya ada tekanan negara Barat terhadap Indonesia, seperti ke sistem keuangan,” ujarnya.
Sistem fundamental Tanah Air, menurut dia, belum pulih seperti sebelum pandemi. Fase ini perlu diimbangi dengan kerja sama yang solid antarnegara. “Karena setiap negara membutuhkan sumber daya yang lebih murah,” ucapnya.
BRICS merupakan blok ekonomi Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. Anggotanya saat ini mencakup 40% lebih populasi dunia, termasuk di dalamnya negara-negara emerging market di Timur Tengah.
Peluang Impor Minyak ke Rusia
Bahlil menyebut potensi impor minyak bumi dari Rusia bisa saja dilakukan selama sesuai aturan. Indonesia selama ini mengimpor minyak dari Timur Tengah, yang sebagian di antaranya mungkin berasal dari Rusia.
Rencana impor ini, menurut dia, merujuk pada asas politik bebas aktif yang dianut oleh Indonesia. Berdasarkan asas tersebut, Bahlil menyampaikan tidak ada masalah bagi Indonesia untuk menempuh langkah yang menguntungkan negara.
Brasil sebagai pemegang presidensi BRICS tahun ini mengumumkan bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut pada 6 Januari 2024. Indonesia disinyalir memiliki peluang mengakses minyak Rusia dengan harga yang lebih murah usai bergabung dengan BRICS.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, pihaknya masih menakar untung-rugi bagi Indonesia memasok minyak dari Rusia. “Sepanjang itu menguntungkan Republik Indonesia, bisa kita bicarakan. Kalau dapat lebih murah 20 dolar AS atau 22 dolar AS, kenapa tidak?” katanya beberapa waktu lalu.