Pertamina Serap Impor Base Fuel BBM yang Dibatalkan Vivo dan BP-AKR
Pertamina akan menyerap pengadaan impor berupa base fuel BBM atau Bahan Bakar Minyak yang batal dibeli oleh badan usaha SPBU swasta seperti Vivo dan BP-AKR, menurut keterangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral alias ESDM.
Base fuel merupakan produk BBM yang belum dicampur dengan zat tambahan (aditif) dan pewarna. SPBU swasta mengolah base fuel ini sesuai spesifikasi dan racikan masing-masing perusahaan.
Penambahan zat aditif dan pewarna sesuai racikan masing-masing itu yang membedakan produk akhir BBM di SPBU swasta.
Pertamina sebelumnya mendatangkan kargo berisi 100 ribu kiloliter base fuel BBM yang tiba di Jakarta pada Rabu (24/9) pekan lalu. “Itu dipakai sendiri oleh Pertamina,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Laode Sulaeman saat ditemui di kantor BPH Migas, Kamis (2/10).
Dia memastikan Pertamina tidak merugi jika menyerap 100 ribu kiloliter base fuel BBM itu sendiri.
Pekan lalu, Vivo dan BP AKR sepakat untuk membeli base fuel BBM. Vivo bahkan menyatakan akan menyerap 40 ribu barel.
“Ada dua yang berkenan yakni Vivo dan BP-AKR. Setelah keduanya berdiskusi kembali dengan kami, Vivo membatalkan untuk melanjutkan dan akhirnya tidak disepakati,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Achmad Muchtasyar dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR Ri, Rabu (1/10).
BP AKR yang semula sepakat membeli base fuel BBM dari Pertamina, juga akhirnya mundur.
Berdasarkan rapat bersama Kementerian ESDM pada 19 September, lima badan usaha SPBU swasta sempat menyatakan peluang untuk membeli base fuel dari pengadaan Pertamina. Hal ini untuk mengatasi kelangkaan stok BBM yang terjadi sejak Agustus.
Keputusan itu lalu ditindaklanjuti dengan pembahasan antara Pertamina dengan masing-masing badan usaha swasta secara business to business.
Dia menyebut pembatalan base fuel oleh Vivo dan BP AKR berkaitan dengan kandungan etanol 3,5%. Namun, ia menegaskan bawah regulasi di Indonesia memperbolehkan kandungan etanol di BBM hingga 20%.
“Konten (etanol) itu sebetulnya masih masuk ambang yang diperkenankan oleh pemerintah,” ujarnya.
Kendati demikian, menurut dia, Vivo dan BP AKR masih membuka peluang untuk menyerap pengadaan base fuel dari Pertamina jika pada pengadaan kargo yang kedua memiliki kualitas yang sesuai.
“Maksudnya, konten ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Beda merek, beda spesifikasi,” kata dia.
Direktur VIVO Leonard Mamahit membenarkan bahwa perusahaan telah melakukan negosiasi dengan Pertamina terkait base fuel. “Tetapi, ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi Pertamina, sehingga apa yang sudah kami minta itu dengan terpaksa dibatalkan,” ujar dia dalam kesempatan yang sama.
Namun, Vivo tidak menutup kemungkinan bekerja sama ke depan, jika permintaan mereka terkait spesifikasi base fuel BBM dapat dipenuhi Pertamina.