Selain Pertamina, BBM di Negara-Negara Ini Memiliki Kandungan Etanol Tinggi

Katadata/Fauza Syahputra
Warga mengisi BBM di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina di Jalan Cikini Raya, Jakarta, Selasa (16/7/2025). Pemerintah mulai membahas kebijakan impor BBM atau Bahan Bakar Minyak satu pintu melalui Pertamina guna mengatasi kelangkaan stok BBM di SPBU swasta.
3/10/2025, 16.13 WIB

Dua badan usaha SPBU swasta yakni Vivo dan BP-AKR membatalkan kesepakatan pembelian impor base fuel BBM dari Pertamina, dikarenakan adanya kandungan etanol. Pertamina Patra Niaga menjelaskan penggunaan etanol dalam BBM merupakan best practice yang telah diterapkan secara internasional. 

Perusahaan menyebut langkah ini sejalan dengan upaya global untuk menekan emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, sekaligus mendukung transisi energi yang berkelanjutan. Base fuel merupakan produk BBM yang belum dicampur dengan zat tambahan (aditif) dan pewarna. 

“Penggunaan etanol dalam BBM bukan hal baru, melainkan praktik yang sudah mapan secara global. Implementasi ini terbukti berhasil mengurangi emisi gas buang, menekan ketergantungan pada bahan bakar fosil murni, serta mendukung peningkatan perekonomian masyarakat lokal melalui pemanfaatan bahan baku pertanian,” kata Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, dalam siaran pers, Jumat (3/10).

Dia mengatakan adanya BBM dengan campuran etanol menjadi bukti nyata bahwa Indonesia siap mengikuti praktik terbaik internasional demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Etanol berasal dari tumbuhan seperti tebu atau jagung, sehingga lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil murni. Dengan mencampurkan etanol ke dalam BBM, emisi gas buang kendaraan bisa berkurang sehingga kualitas udara lebih baik.

BBM dengan kandungan etanol digunakan di banyak negara, yaitu:

  1. Amerika Serikat melalui program Renewable Fuel Standard (RFS), telah mewajibkan pencampuran etanol ke dalam bensin dengan kadar umum E10 (10% etanol) dan E85 untuk kendaraan fleksibel.
  2. Brasil menjadi pelopor penggunaan etanol berbasis tebu, dengan implementasi skala nasional hingga mencapai campuran E27 (27% etanol) pada bensin, sehingga membuat Brasil dikenal sebagai salah satu negara dengan kendaraan berbahan bakar etanol terbesar di dunia, dan masyarakatnya sudah terbiasa mengisi BBM dengan etanol sejak puluhan tahun lalu.
  3. Uni Eropa juga mengadopsi campuran etanol dalam BBM melalui kebijakan Renewable Energy Directive (RED II), dengan target bauran energi terbarukan di sektor transportasi.  Campuran E10 kini telah menjadi standar di banyak negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Inggris, sebagai standar untuk mengurangi polusi udara.
  4. Asia pun mulai mengadopsi kebijakan serupa, dengan India mendorong program etanol blending hingga 20% (E20) pada 2030 sebagai bagian dari roadmap menuju transportasi rendah karbon serta mendukung petani tebu.

Indonesia Belum Punya Aturan Kandungan Etanol

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Laode Sulaeman mengatakan di Indonesia pemerintah hingga saat ini hanya mengatur kandungan oktan (RON) dalam BBM. Sehingga belum ada aturan terkait kandungan etanol dalam BBM. 

Laode mengatakan batalnya kesepakatan tersebut memang karena kemauan dari badan usaha SPBU swasta. “Mereka tidak mau menggunakan base fuel yang mengandung etanol. Tapi bukan berarti (kandungan etanol dalam base fuel) tidak berada dalam batas toleransi, jadi itu perbedaannya,” kata Laode saat ditemui di kantor BPH Migas, Kamis (2/10).

Dia menjelaskan etanol merupakan salah satu jenis bahan bakar nabati yakni biofuel, yang sudah diterapkan di negara-negara lain. Namun di Indonesia saat ini baru menerapkan biodiesel saja, belum sampai etanol.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Mela Syaharani