Kisah South Sumatra Block, Blok Migas Penjaga Pasokan Gas di Sumatera-Jawa
Jalan berdebu dengan hamparan puluhan kilometer perkebunan sawit merupakan pemandangan wajib menuju kantor operasi Soka, yang dikelola PT Medco E&P Indonesia (Medco E&P). Soka tergabung menjadi bagian dari wilayah kerja blok minyak dan gas bumi South Sumatra Block, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Letaknya cukup jauh dari pusat keramaian. Kota terdekat Lubuklinggaudengan jarak tempuh 2,5 hingga tiga jam menggunakan jalur darat. Setibanya di sana terdengar deru suara mesin pompa atau kompresor yang tengah bekerja di lokasi stasiun pengumpul minyak dan gas bumi Soka SSB.
Sebagai salah satu objek vital nasional, tidak sembarangan orang bisa mendekat. Perlu ada izin khusus, pendampingan dari petugas, serta pemakaian atribut keamanan meskipun hanya mendekat ke gerbang stasiun Soka.
South Sumatra Block memiliki area seluas 4.470 kilometer persegi (km2), berada di tujuh kabupaten yakni Musi Rawas, Musi Banyuasin, Lahat, Muara Enim, Penukai Abab Lematang Ilir, Ogan Ilir, dan Banyuasin.
“Kemarin saya bercanda, (luasan South Sumatra Block) setara enam kali luasan Singapura,” kata VP Operation Onshore Asset Medco E&P Indonesia, Irfan Eka Wardhana di kantor Soka, Musi Rawas, Sumatra Selatan, Minggu (21/10).
Wilayah kerja ini terbagi menjadi dua kelompok, yakni lapangan bagian barat dan bagian timur. Soka merupakan satu dari delapan stasiun yang ada di South Sumatra Block bagian barat, bersama lapangan Temelat, Jene, Rambutan, Lagan, Teras, Koneng, dan Gunung Kembang. Untuk bagian timur, juga terdiri dari 8 lapangan, yakni Lica, Ibul, Matra, Keramasan, Gunung Megang, Borang, Indralaya, dan Pengabuan.
South Sumatra Block menjalankan kontrak bagi hasil atau production sharing contract yang akan berakhir delapan tahun lagi, tepatnya pada 27 November 2033. Blok migas ini pertama kali ditemukan pada Mei 1987 dan mulai berproduksi pada Juli 1988.
Saat ini ada 139 sumur aktif, terdiri atas 108 sumur produksi dan 31 lainnya sumur yang digunakan untuk menginjeksi air. Irfan mengatakan air hasil injeksi yang digunakan dalam produksi migas di South Sumatra Block tidak dibuang ke lingkungan sekitar, namun diletakkan kembali ke reservoir atau tempat penyimpanan di bawah bumi.
Pada 2024, blok ini mencatat produksi minyak sebesar 2.320 barel per hari (BOPD) dan gas 53,62 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Tahun ini produksi gasnya juga mencapai 53,6 MMSCFD, berada di atas target 47,5 MMSCFD.
Krisis Gas 17 Agustus 2025
Mayoritas produk yang dihasilkan dari South Sumatra Block merupakan gas bumi, dengan sedikit minyak di dalamnya. Irfan menceritakan South Sumatra Block merupakan salah satu blok migas yang ikut menangani krisis gas di hulu pada Agustus lalu. Kondisi ini sempat berdampak pada berkurangnya pasokan untuk rumah tangga dan industri di Pulau Jawa.
Pasokan gas tambahan dari South Sumatra Block ke pipa South Sumatera-West Java merupakan mandat negara untuk menjaga pasokan gas Sumatera-Jawa tetap stabil. Irfan bercerita mandat tambahan ini cukup membuat manajemen bekerja keras agar dapat mengalirkan gas lebih banyak pada hari kemerdekaan kemarin.
Jumlah produksi gas dari SSB mulai meningkat setelah 17 Agustus 2025, menjadi di atas 60-65 MMSCFD hingga hari ini. “Tekanan gas di hulu sedang turun, kami diminta untuk memasok (lebih banyak). Pada 17 Agustus kami pasok gas ke Pulau Jawa melalui saluran pipa SSWJ yang dioperasikan PT PGN, Tbk,” ujarnya.
South Sumatra Block tidak sendiri dalam menjaga pasokan tersebut. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melakukan mekanisme swap gas multi-pihak yang mulai dialirkan per 22 Agustus 2025.
Perjanjian itu melibatkan berbagai kontraktor hulu migas dan pembeli gas, antara lain West Natuna Supply Group (Medco E&P Natuna Ltd., Premier Oil Natuna Sea B.V., Star Energy (Kakap) Ltd.), South Sumatra Sellers (Medco E&P Grissik Ltd., PetroChina International Jabung Ltd.), PT Pertamina (Persero), PGN, Sembcorp Gas Pte Ltd., dan Gas Supply Pte Ltd.
Komitmen South Sumatra Block
Meski sudah meningkat, Irfan berkomitmen agar tingkat produksi gas di SSB bisa dipertahankan di angka sekarang paling tidak hingga tahun depan. Namun, tingkat produksi ini juga bergantung pada serapan gas nantinya.
Produksi gas South Sumatra Block juga digunakan untuk memasok pembangkit bagi anak perusahaan Medco, yakni Medco E&P Rimau. Gas ini juga dipasok untuk pabrik pupuk, PLN, dan pembangkit listrik swasta (IPP) di Sumatera Selatan.
Irfan menyebut selain dipasok ke Pulau Jawa, gas produksi SSB juga dialirkan ke jaringan gas Muara Enim, Sumatra Selatan, melalui jalur pipa yang dimiliki perusahaan, meskipun memang volumenya kecil.
Adapun untuk minyak SSB, Irfan menyebut hasil produksinya akan dikirim ke stasiun pengumpul milik mereka yang berada di Jene. “Lalu dikirim ke Kilang Pertamina Plaju, dekat Sungai Gerong, Palembang. Dikirim melalui pipa sepanjang hampir 200 kilometer,” ujarnya.