Impor Buah Melonjak, Defisit Neraca Dagang dengan Tiongkok Makin Dalam

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Berdasarkan data BPS, impor barang konsumsi pada November 2019 tercatat US$ 1,67 miliar atau naik 16,13% dibanding Oktober 2019.
Editor: Ekarina
16/12/2019, 18.28 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, nilai impor konsumsi pada November 2019 naik cukup signifikan. Hal tersebut menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia dengan salah satu negara pengimpor, yakni Tiongkok semakin dalam. 

Berdasarkan data BPS, impor barang konsumsi pada November 2019 tercatat US$ 1,67 miliar atau naik 16,13% dibanding Oktober 2019. Sementara jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, impor meningkat lebih tinggi yakni sekitar 16,28%. 

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, peningkatan impor komoditas terbesar pada November 2019 yakni berasal dari Tiongkok, khususnya buah-buahan. "Barang konsumsi yang paling banyak diimpor yakni buah apel dan jeruk mandarin," ujar Suhariyanto dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

(Baca: Impor Konsumsi Melonjak, Neraca Dagang November Defisit US$ 1,3 Miliar)

BPS menyatakan, realisasi impor buah-buahan dari Tiongkok pada November 2019 senilai US$ 134,4 juta, naik 48,84% dibanding bulan sebelumnya yang hanya US$ 90,34 juta. Sementara dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terjadi lonjakan sangat signifikan 109,35% menjadi US$ 64,17 juta. 

Dengan adanya peningkatan impor tersebut, defisit neraca dagang dengan Tiongkok pada November melonjak menjadi US$ 1,77 miliar, dibandingkan dengan defisit bulan lalu yang sebesar US$1,20 miliar.

"Sehingga secara kumulatif (Januari-November),  defisit neraca dagang kita ke Tiongkok sebesar US$16,96 miliar," ujar dia.

(Baca: Ekonom Prediksi Neraca Dagang November 2019 Cetak Surplus)

Defisit itu diperoleh lantaran total nilai impor nonmigas Tiongkok ke Indonesia secara kumulatif mencapai US$ 40,5 miliar. Sebaliknya, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Negeri Panda hanya US$23,5 miliar.

Adapun peningkatan impor nonmigas terbesar tercatat pada komoditas perabotan dan alat penerangan dengan kenaikan 31,12% dibanding periode yang sama tahun lalu. Disusul oleh komoditas mesin dan peralatan mekanis yang naik 10,72%, komoditas kendaraan dan bagiannya yang meningkat 7,14%.

Selanjutnya, ada komoditas plastik dan barang dari plastik yang tumbuh 4,05%, filamen buatan 3,16%, buah-buahan 1,84%, besi dan baja 0,69%, dan barang dari besi dan baja 0,21%.

Meski begitu, masih ada beberapa komoditas impor dari Tiongkok yang mencatatkan kontraksi. Komoditas tersebut yakni mesin dan perlengkapan elektrik, bahan kimia organik, dan barang lainnya. Adapun informasi neraca perdagangan November 2019 digambarkan lebih lengkap dalam databoks berikut. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria