Harga Bawang Merah dan Telur Ayam yang Kerap Naik Jelang Akhir Tahun

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Ilustrasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada November 2019 terjadi inflasi 0,14% secara bulanan atau 3% secara tahunan. Salah satu pemicunya adalah kenaikan harga bawang merah.
Penulis: Sorta Tobing
5/12/2019, 14.40 WIB

Jelang natal dan tahun baru, harga komoditas pangan mulai beranjak naik. Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat inflasi pada November 2019 mencapai 0,14% secara bulanan atau 3% secara tahunan.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, angka inflasi itu lebih tinggi ketimbang bulan lalu. Tapi pergerakannya masih wajar. Semakin dekat ke akhir tahun, harga-harga memang cenderung naik.

“Tapi secara tahunan, inflasi November 2019 masih lebih rendah dibandingkan 2018 sebesar 3,23% dan 2017 sebesar 3,3 %,” katanya di Jakarta, Senin (2/12). Pergerakan inflasi sejak awal tahun terlihat dari grafik Databoks berikut ini.

Dua komoditas pangan yang harganya sedang naik adalah bawang merah dan telur ayam. Andil keduanya dalam inflasi bulan lalu masing-masing 0,07% dan 0,01%.

Kenaikan harga pangan tertinggi adalah bawang merah. Harganya naik 21,5% menjadi Rp 27.649 per kilogram dibandingkan Oktober 2019.

(Baca: Pedasnya Harga Cabai yang Kerap Membuat Gejolak Inflasi)

Dongan, salah stu penjual bawang merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur mengatakan harganya kini menyentuh Rp 25 ribu per kilogram.

Padahal sebelumnya angka itu berkisar di Rp 13 ribu hingga Rp 18 ribu per kilogram. “Sudah dua minggu ini naik,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com pada Jumat pekan lalu.

Kenaikan harga ini, menurut dia, wajar. Setiap musim hujan, harga bawang merah cenderung naik. Angkanya akan turun begitu memasuki musim kemarau.

Pada Agustus lalu, ketika musim kemarau mencapai puncaknya, harga bawang merah sempat anjlok ke Rp 5 ribu per kilogram. Masuk ke musim hujan, pada pertengahan Oktober 2019, angkanya bergerak naik.

(Baca: Harga 4 Komoditas Pangan Naik Jelang Natal dan Tahun Baru )

Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan Srie Agustina menilai tingginya harga bawang merah karena kemarau panjang. Akibatnya, beberapa hasil pertanian ada yang mengalami gagal panen.

Namun, di sisi lain, permintaan terus meningkat karena mendekati musim libut. Karena itu, Kementerian akan meminta pemerintah daerah untuk terus meningkatkan keamanan dan kelancaran distribus barang.

Pelaku usaha juga tak diperkenankan menaikkan harga secara tidak wajar dan menimbun barang. “Untuk itu, perlu meningkatkan pengawasan secara terpadu dengan Satgas Pangan,” kata Srie.

Ilustrasi. Harga telur ayam naik jelang akhir tahun. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Sementara, telur ayam mengalami kenaikan sejak seminggu terakhir. Hal ini dirasakan oleh pedagang di Pasar Sikabau, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat. “Harga telur kelas super naik dari Rp 40 ribu menjadi Rp 50 ribu per rak,” ucap Lindawati, seperti dikutip dari Antara, Selasa (2/12).

Untuk telur kelas II naik dari Rp 38 ribu menjadi Rp 45 ribu per rak, isi 30 butir. Lalu, telur kelas III naik Rp 5 ribu menjadi Rp 40 ribu.

Kenaikan harga ini, menurut dia, karena kurangnya pasokan, sementara pemintaan sedang tinggi. Sejak lima tahun terakhir kondisi ini memang kerap terjadi jelang akhir tahun.

(Baca: Harga Anjlok, Kementan Minta Peternak Ayam Kecil Gaet Pengusaha Besar)

Tahun lalu, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian sempat melakukan operasi pasar untuk menurunkan harga telur. Sebanyak delapan ton telur disalurkan ke beberapa pasar di Jakarta dengan harga Rp 23 ribu per kilogram.

Ketika itu, harga telur ayam merangkak naik jelang natal menjadi Rp 27 ribu per kilogram. Padahal, menurut harga acuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 96 Tahun 2018, harganya Rp 23 ribu per kilogram.

Reporter: Tri Kurnia Yunianto