Perum Bulog akan memperbesar penjualan beras secara komersil menjadi 50% untuk menutupi utang Rp 28 triliun. Saat ini, porsi penjualan beras komersil baru mencapai 20% dari total penjualan komersial dan penugasan.
"Dengan merambah komersial, ada keuntungan. Kalau 50:50 (dibandingkan penugasan), Bulog masih bisa mendapatkan keuntungan," kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (3/12).
Sementara, porsi penjualan komersial yang sebesar 20% dinilai masih terlalu kecil untuk digunakan biaya operasional. Dengan porsi tersebut, Bulog belum dapat menutup beban bunga kredit.
(Baca: Mutu Menurun, Buwas Sebut Tidak Ada Beras Bulog yang Dibuang Percuma)
Ada pun, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 88 Tahun 2018, dana untuk pengadaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) 2019 sebesar Rp 2,5 triliun. Anggaran tersebut baru bisa dicairkan bila beras Bulog telah disalurkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengadaan CBP oleh Bulog dilakukan menggunakan kredit perbankan terlebih dahulu.
Budi mengatakan, porsi penjualan komersil sebesar 50% dapat terwujud bila penjualan Bulog secara online telah diperluas. Saat ini, penjualan beras secara online baru terbatas di wilayah Jabodetabek.
Ke depan, Bulog akan mengembangkan penjualan online ke Jawa, Medan, Sumatera, dan Makassar. "Ke depannya jadi 6 provinsi dan akan terus diperluas," ujar dia.
Di sisi lain, Bulog juga menjual varian beras komersil kepada PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BNI). Saat ini, volume penyerapan beras komersil sebesar sebanyak 170 ribu ton dari target penyerapan beras 1,8 juta ton.
Bulog juga berencana menjual beras komersil varian nanas madu kepada PT Jasa Marga (Persero). Ke depan, Bulog berharap bisa memperluas kerja sama pemasaran beras dan komoditas pangan dengan BUMN lain, termasuk pula Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
(Baca: Perkuat Bisnis, Bulog Tambah Stok Beras Komersial hingga 500 Ribu Ton)