Indonesia ingin mengembangkan prototipe mobil terbang yang dinilai cocok dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Mobil terbang juga bisa menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
"Bukan lagi di darat karena bagi Indonesia yang model terbang itu bisa jadi prototipe. Indonesia adalah negara kepulauan," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Kompas CEO 100 Forum 2019 di Jakarta, Kamis (28/11).
Ia berharap pengembangan mobil terbang otonom ini bisa dilakukan sejalan dengan masuknya investasi berbagai perusahaan otomotif global. Salah satunya adalah Hyundai Motor Company yang mengumumkan komitmen investasi di Indonesia senilai US$ 1,55 miliar atau Rp 21,8 triliun.
Riset mengenai mobil terbang sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa negara. Berikut ini lima negara yang berinvestasi untuk mengembangkan mobil terbang.
1. Jepang
Negara matahari terbit ini berhasil melakukan uji prototipe mobil terbang pada Senin (5/8), di Chiba. Mobil terbang buatan NEC Corporation ini berhasil melayang selama satu menit dengan ketinggian tiga meter.
Menurut penjelasan pejabat NEC kepada Reuters, mobil yang lebih mirip drone dengan empat baling-baling itu dirancang untuk terbang tanpa awak. Untuk spesifikasinya, mobil ini memiliki berat sekitar 150 kilogram dan panjang 3,9 meter. Para insinyur NEC menghabiskan waktu satu tahun untuk menciptakan mobil ini.
Perusahaan penerbangan besar dunia seperti Boeing dan Airbus pun tertarik dan siap bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk proyek ini. Maskapai penerbangan lokal, seperti All Nippon Airways dan Japan Airlines pun tertarik ikut serta dalam pengembangan mobil terbang ini.
Pemerintah Jepang menargetkan mobil terbang dapat digunakan publik untuk mengirim barang pada 2023. Mobil ini juga diharapkan dapat dikendarai untuk jarak dekat pada 2030.
(Baca: Gandeng Investor, RI Ingin Kembangkan Mobil Terbang)
2. Prancis
Dalam rangka persiapan Olimpiade Paris 2024, pemerintah Prancis menggandeng tiga perusahaan untuk mendesain sebuah mobil terbang. Ketiga perusahaan besar ini adalah Airbus, Aeroports de Paris, dan Otoritas Transportasi Paris.
Mobil terbang tersebut akan digunakan sebagai transportasi massal peserta Olimpiade dari Bandara Charles de Gaulle ke pusat kota Paris. Moda transportasi ini akan mempersingkat waktu tempuh dari bandara ke kota yang biasanya memakan waktu satu jam.
3. Malaysia
Negara tetangga Indonesia ternyata sudah lebih dulu melakukan riset tentang mobil listrik. Dikutip dari CNN, Menteri Pengembangan Usaha Malaysia Redzuan Md. Yusof mengatakan, Malaysia sudah memiliki teknologi dan konsep tentang mobil terbang. Untuk komponennya, Malaysia akan menggunakan komponen lokal. Namun, Malaysia masih membutuhkan rujukan dari pihak asing terutama tentang keselamatan penumpang kabin mobil terbang ini.
Perusahaan Malaysia Eastcap Berhad bekerja sama dengan dua perusahaan Tiongkok, EHang Intelligent Equipment dan Strong Rich Holdings untuk membuat prototipe mobil terbang itu. Sayangnya, ujicoba prototipe mobil terbang bernama EHang 216 ini batal pada 21 November silam. Pasalnya, prototipe tersebut tidak mengantongi izin lepas landas dari Civil Aviation Authority of Malaysia (CAAM, otoritas penerbangan sipil lokal).
Izin tidak dapat diberikan karena lokasi uji yang dipilih, yakni UNIKL MIAT Hangar Subang, terletak kurang lebih 200 m dari lalu lintas pesawat komersial dan helikopter. Pesawat ini hanya memilki izin terbang dari otoritas penerbangan sipil Tiongkok.
Tampilan EHang 216 lebih mirip drone. Mobil listrik ini mempunyai delapan lengan baling-baling yang setiap lengannya dipasangi dua motor listrik. Dengan total bobot 360 kg, mobil ini mampu membawa beban hingga 260 kg dengan kecepatan 130 km per jam.
(Baca: Saingi Dominasi Jepang, Hyundai Investasi di Indonesia Rp 21,8 Triliun)
4. Amerika Serikat
Boeing, salah satu perusahaan penerbangan terbesar di dunia, menyatakan bahwa prototipe mobil terbangnya berhasil menjalani tes lepas landas pertama pada 23 Januari 2019. Seperti dilansir Suara.com, mobil terbang Boeing ini memiliki bentuk seperti helikopter, drone, dan dilengkapi dengan sepasang sayap yang mirip pesawat terbang. Panjang mobil terbang itu 9 meter.
Pada tes lepas landas pertamanya, mobil ini berhasil tinggal landas secara vertikal, melayang selama kurang dari semenit, dan mendarat kembali. Meski begitu, Boeing menargetkan agar mobil terbang ini bisa terbang sejauh 80 km dan mengangkut penumpang dengan berat maksimum 226,8 kg.
Amerika Serikat (AS) juga ingin mengembangkan mobil terbang ini lebih lanjut. Boeing bekerja sama dengan SparkCognition Inc dan otoritas penerbangan lokal (FAA) untuk membentuk manajemen lalu lintas jalan tol udara tiga dimensi. Mereka berharap mobil terbang bisa aman melayang di antara gedung-gedung pencakar langit.
(Baca: Video: Dubai Airshow, Pameran Aviasi Terbesar Dunia)
5. Filipina
Koncepto Milenya adalah nama mobil terbang yang berhasil dibuat oleh Kyxz Mendiola. Mendiola telah menerbangkan mobil terbang buatannya di Batangas, Filipina pada Minggu (23/11) lalu.
Mendiola bekerja sama dengan Star8, sebuah perusahaan Australia untuk mengembangkan mobil ini. Star8 juga berharap dapat memproduksi massal mobil terbang itu dan menjualnya ke Australia, Eropa, dan Hong Kong.
Mobil terbang ini berbentuk seperti kapsul yang dilengkapi dengan 16 baling-baling. Meski begitu, kendaraan ini bisa terbang setinggi 6,1 meter dengan kecepatan maksimal 60 km per jam. Pada penerbangan perdana, mobil ini mampu melayang selama 10 menit.
Mobil ini ditenagai oleh enam baterai lithium-ion. Namun, mobil terbang Filipina ini hanya mampu mengangkut satu penumpang dengan berat maksimal 100 kilogram.
(Baca: Bukan Mobil Listrik, Pemerintah Akan Fokus Riset Motor Listrik)
Penulis: Amelia Yesidora (Magang)