Tutup Utang Rp 28 T, Bulog Mulai Jual Beras Komersial ke BUMN

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi beras di gudang Bulog. Hingga 18 November 2019, realisasi penyerapan beras Bulog dari petani sekitar 1,14 juta ton.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
26/11/2019, 17.14 WIB

Perum Bulog tengah mencari cara untuk menutup utang sebesar Rp 28 triliun hingga September 2019. Salah satunya, dengan menjual beras komersil dan bahan pokok ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain.   

"Ini solusi bagaimana kita mengatasi (utang) itu. Sebab kita tidak bisa salahkan utang," kata pria yang akrab disapa Buwas itu di Gudang Bulog Divisi Regional (Divre) DKI Jakarta dan Banten, Jakarta, Selasa (26/11)

Bulog berencana menjual varian beras komersil kepada PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BNI). Saat ini, volume penyerapan beras komersil sebesar sebanyak 170 ribu ton dari target penyerapan beras 1,8 juta ton.

(Baca: Genjot Serapan Beras, Bulog Minta Suntikan Modal Rp 20 T ke Pemerintah)

Kolaborasi dengan pelat merah tersebut dilakukan melalui penandatanganan perjanjian kerja sama paket nature karyawan BRI seluruh Indonesia. Selain itu, Bulog juga meneken perjanjian kerja sama dengan BNI terkait pengadaan komoditi untuk program healthy lifestyle for hi-movers.

Bulog bakal menyediakan 50 paket pangan untuk 25.010 pegawai BNI. Paket tersebut terdiri dari 5 kilogram beras dan 2 kilogram beras merah.

Selain itu, Bulog berencana menjual beras komersil varian nanas madu kepada PT Jasa Marga (Persero). Ke depan, dia berharap Bulog bisa memperluas kerja sama pemasaran beras dan komoditas pangan dengan BUMN lain, termasuk pula Polri dan Aparatur Sipil Negara (ASN).

Bulog juga akan meningkatkan kualitas beras komersil. Sehingga dengan peningkatan tersebut, perusahaan bisa memasarkan beras berkualitas dengan harga yang lebih kompetitif.

Hingga 18 November 2019,  secara keseluruhan realisasi penyerapan beras Bulog  sekitar 1,14 juta ton. Angka tersebut baru mencapai sekitar 63,6% dari target yang ditetapkan sebesar 1,8 juta ton. 

(Baca: Luncurkan Toko Online, Bulog Targetkan Bahan Pokok Jadi Satu Harga)

Reporter: Rizky Alika