Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), Anang Sukandar memprediksi pertumbuhan industri waralaba lokal bakal stagnan di kisaran 8%-10% hingga akhir tahun. Penyebabnya adalah menyusutnya jumlah pelaku usaha hingga faktor kompetisi dengan pemain asing.
"Pertumbuhannya kemungkinan stagnan karena banyak pelakunya menginginkan hasil yang instan dan cepat puas. Selain itu, tak ada dorongan dari pemerintah padahal di negara lain seperti Taiwan dan Korea, pemerintahnya sangat mendukung," kata Anang di Jakarta, Jumat (22/11).
(Baca: Asosiasi Waralaba Sebut Gerai Kopi dengan Modal Besar yang Bertahan)
Menurunnya pertumbuhan industri waralaba sangat disayangkan oleh Anang. Pasalnya, Indonesia telah merintis usaha itu sejak 1991 dan pertumbuhannya sempat yang tertinggi di ASEAN.
Namun saat ini perkembangan bisnis waralaba Indonesia tersalip oleh negara tetangga seperti Singapura, Korea Selatan atau Taiwan.
Anang pun menyatakan, bisnis waralaba di Indonesia lebih banyak didominasi merek dagang waralaba asing.
"Menurut catatan AFI, jumlah waralaba asing saat ini ada 400 hingga 500 merek, sedangkan lokal ada 120. Sebetulnya banyak peluang usahanya ada sekitar 2.200. Tapi yang rontok (bangkrut) juga banyak," kata dia.
(Baca: Pameran Waralaba Internasional 2019 Targetkan Transaksi Rp 800 Miliar)
Kementerian Perdagangan sebelumnya menyatakan saat ini hanya sekitar 90 waralaba yang memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW). Pemerintah mendorong pengusaha untuk mendaftarkan waralabanya, supaya bisnisnya bisa terus tumbuh.
Pemerintah juga mendiorong waralaba dalam negeri untuk agresif menyasar pasar luar negeri. Selain untuk meningkatkan ekspor, keterlibatan waralaba dalam menggaet konsumen asing bisa menciptakan efek pengganda (multiplier effect) dan meningkatkan daya saing nasional.