Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menyebut industri retail saat ini sedang bertransisi menjadi sebuah model bisnis baru. Dalam perkembangannya ke depan, industri retail tak hanya menjual produk jadi, melainkan dapat memproduksi barang sesuai dengan kebutuhan pasar.
"Retail sedang anomali, artinya ada pergeseran dari bisnis konvensional menjadi model bisnis baru," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, Roy N Mandey di Jakarta, Rabu (20/11).
Rencana bisnis baru yang sedang digagas pelaku industri retail saat ini adalah dengan kerja sama dengan suplier untuk memproduksi barang. Dengan model bisnis ini, peretail bisa menyerupai perusahaan manufaktur.
(Baca: Banjir Produk Tiongkok, Target Penjualan Retail Terancam Meleset)
Lebih lanjut, Roy mengatakan, saat ini industri retail sedang melambat. Hal ini tampak pada pertumbuhan industri di kuartal III 2019 yang hanya mencapai 5,01% dibanding kuartal sebelumnya sebesar 5,17%. Turunnya pertumbuhan ini, menurut dia dikarenakan turunnya permintaan produk non pangan.
Dia pun menampik, melambatnya pertumbuhan industri retail tak semata-mata akibat dari menjamurnya e-commerce.
Adapun sebagai pengaruh e-commerce, retail konvensional kini mulai bebenah. Banyak peretail saat ini memiliki konsep gerai lebih minimalis berukuran 2.000 meter persegi atau sekelas supermarket dan minimarket.
Pergeseran tren pasar itu disebabkan oleh adanya belanja online sehingga masyarakat tidak harus berkeliling toko untuk mencari barang.
(Baca: Aprindo Sebut Pembelian Produk Elektronik di Toko Online Meningkat)
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta memperkirakan target pertumbuhan penjualan retail 10% tahun ini tak akan tercapai. Hal ini seiring masuknya banyak produk dari Tiongkok.
"Tak bisa melampaui 10%, tapi mudah-mudahan bisa 8-9%," kata dia di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (12/11).
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok berdampak pada banjir produk Tiongkok ke Indonesia. Penyebabnya, Tiongkok mengalihkan produknya untuk pasar AS ke pasar lain, termasuk Indonesia.
Penjualan yang biasanya menggeliat pada dua bulan terakhir tahun ini diperkirakan tidak akan mampu membuat target penjualan tercapai. Pada bulan-bulan tersebut, penjualan diprediksi tumbuh berkisar 10-15% secara tahunan.
Sedangkan khusus ritel pakaian diperkirakan tumbuh hingga 20% secara tahunan. Berdasarkan sektornya, ia memperkirakan pertumbuhan industri minimarket akan membaik pada tahun ini.