Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menargetkan ekspor non migas tahun ini mencapai US$ 175,8 miliar. Angka tersebut tumbuh 8% dibandingkan capaian tahun lalu sebesar US$ 162,65 miliar.
Ekspor tahun ini difokuskan pada enam sektor, yaitu mebel dan produk kayu, makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, dan kimia dasar. Meski begitu, ekspor pada industri lainnya juga terus didukung oleh pemerintah.
Pasalnya, ekspor non migas didorong untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini. "Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,2% dengan berbasis pada ekspor dan investasi," kata Enggar dalam Trade Expo Indonesia di ICE BSD, Tangerang, Rabu (16/10).
Kementerian Perdagangan (Kemendag) pun berupaya meningkatkan ekspor dengan membuat perjanjian perdagangan dengan negara tradisional dan non tradisional. Dengan perjanjian tersebut, tarif ekspor yang diperoleh dapat lebih rendah sehingga produk Indonesia bisa lebih kompetitif.
Selama 2016-2019, pemerintah telah menyelesaikan perjanjian perdagangan bilateral dengan Korea, Italia, Eropa, dan Chili. Selain itu, perjanjian dagang juga telah diselesaikan dengan Hongkong dan Jepang.
(Baca: Kemendag Cabut Izin Satu Importir Tekstil Nakal)
Ke depan, Kemendag akan terus mendorong kerja sama perdagangan dengan 15 mitra dagang. Seluruh kerja sama tersebut ditargetkan bisa selesai dalam tiga tahun mendatang.
Di sisi lain, peningkatan ekspor juga didorong dengan misi dagang dan business matching. "Jadi tak hanya mempromosikan tapi langsung merealisasikan transaksi perdagangan dan investasi," ujarnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor secara kumulatif Januari-September tercatat sebesar US$ 124,17 miliar, turun 8% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan penurunan ekspor hampir dialami oleh seluruh sektor.
Ekspor migas sepanjang tahun ini turun 25,27%, pengolahan turun 3,39%, pertambangan dan lainnya turun 17,41%. Hanya sektor pertanian yang berhasil naik sebesar 2,58%. "Ini semua karena negara tujuan ekspor kita melambat," terang dia.
(Baca: Impor dari Tiongkok Tinggi, Neraca Dagang Nonmigas RI Defisit US$ 14 M)
Selain itu, BPS mencatat akumulasi nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara tujuan utama pada Januari-Juli 2019 juga menurun dibandingkan periode sebelumnya. Hanya ekspor ke Malaysia dan Taiwan yang nilainya naik.
Nilai ekspor nonmigas ke Malaysia pada Januari-Juli 2019 tercatat US$ 4,46 miliar, naik 0,48% dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar US$ 4,46 miliar. Sedangkan nilai ekspor nonmigas ke Taiwan sebesar US$ 2,15 miliar, naik 7,44% dari US$ 1,99 miliar pada periode sebelumnya.
Penurunan tertinggi terjadi pada pangsa ekspor nonmigas Indonesia ke Belanda dan Jepang. Tercatat pada Januari-Juli 2019 nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Belanda sebesar US$ 2,26 miliar, turun hingga 18,62% menjadi US$ 1,84 miliar. Ekspor nonmigas ke Jepang menurun 18,38% dari US$ 9,69 miliar menjadi US$ 7,91 miliar. Selengkapnya dalam grafik Databoks berikut ini :