Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meluncurkan buku menjelang akhir masa jabatannya. Buku berjudul Merajut Asa, Membangun Industri Menuju Indonesia yang Sejahtera dan Berkelanjutan tersebut antara lain memuat kritik Airlangga mengenai perjalanan industri dalam negeri yang berjalan lambat .
Dalam salah satu bab, Airlangga menuliskan artikel berjudul "Indonesia: Mengapa Begitu Lamban?". Pada artikel tersebut, ia mempertanyakan industrialiasasi Indonesia berjalan begitu lamban kendati hal tersebut penting bagi pertumbuhan ekonomi negara.
"Buku ini saya tulis sebelum 2016. Jadi kalau bukunya agak galak-galak sedikit, itu karena saya masih di luar (kementerian)," kata Airlangga dalam peluncuran buku dia di kantornya, Jakarta, Kamis (14/10).
Menurutnya, buku tersebut disusun untuk menyumbangkan saran dan pemikiran terhadap Kementerian Perindustrian. Selain berisi kritikan, tersebut juga mengungkap beberapa peluang dan kemudahan untuk pembangunan industri dalam negeri.
(Baca: Kemenperin Bakal Hapus Surat Rekomendasi Impor Logam dan Baja)
Airlangga mengungkapkan, buku tersebut juga menceritakan mengenai perjalanan dirinya saat di bangku legislatif (DPR) sebagai Ketua Pansus untuk menyusun Undang-Undang (UU) Minerba, UU Perdagangan, dan revisi UU Perindustrian. Menurutnya, buku tersebut juga banyak mencatat hal-hal yang tidak tertulis di dalam UU.
Adapun, ketika diberi amanat sebagai Menperin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi), Airlangga mencoba memahami arahan-arahan Presiden yang kemudian dituangkan dalam program dan kebijakan. Dia lantas menceritakan beberapa kebijakan pengembangan industri nasional dapat dilaksanakan.
Khusus perkembangan industri 4.0, ketua umum Partai Golkar ini mengaku telah meluncurkan berbagai program. Misalnya pada 2017, Kemenperin menginisiasi pendidikan vokasi yang link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri di beberapa wilayah Indonesia.
“Hal ini sangat penting guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai kebutuhan industri saat ini,” ujarnya.
(Baca: BI Pantau Industri Manufaktur Masih Ekspansi meski Melambat)
Sektor industri nasional masih menunjukkan kelesuan. Ini tercermin dari pertumbuhan sektor pengolahan nonmigas yang masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional sejak 2016.
Seperti terlihat pada grafik databoks, pada triwulan II 2019, sektor pengolahan nonmigas hanya tumbuh 3,98%, di bawah ekonomi nasional yang tumbuh 5,05%.
Di sisi lain, Indeks manufaktur (Purchasing Manufactur’s Index/PMI) Indonesia pada September 2019 juga hanya naik tipis 0,1 poin ke level 49,1. Indeks di bawah 50 mengindikasikan mengalami kontraksi atau kelesuan, sementara di atas 50 mengindikasikan terjadi ekspansi. Pelemahan tersebut disinyalir terjadi akibat perang dagang.