Ekspor Minyak Sawit Hingga Juli Naik 6,7% jadi 19,7 Juta Ton

ANTARA FOTO/YULIUS SATRIA WIJAYA
Siswa SD berjalan di samping tumpukan kelapa sawit di perkebunan kawasan Cimulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/9/2019). Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia menyatakan produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan mencapai 46,6 juta ton pada 2020.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Ekarina
17/9/2019, 19.08 WIB

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya (termasuk CPO, biodiesel dan oleochemical) pada Januari-Juli 2019 tumbuh 6,7% secara tahunan. Gapki mencatat sepanjang tujuh bulan pertama 2019, ekspor minyak sawit Indonesia naik menjadi 19,76 juta ton dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama 2018 sebesar 18,52 juta ton.

Pada Juli 2019, ekspor minyak sawit dan turunannya tercatat sebesar 2,91 juta ton. Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3,2 juta ton, angka tersebut turun 9,3%.

Dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor minyak sawit Juli 2019 tumbuh 15,6% menjadi 2,91 juta ton. Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono mengatakan, dari capaian tersebut,  kenaikan ekspor tertinggi terjadi pada biodiesel sebesar 92,7% menjadi 187 ribu ton.

"Dari jumlah tersebut, 140 ribu ton atau 75% biodiesel diekspor ke Tiongkok," kata Mukti seperti dikutip dari siaran pers, Selasa (17/9).

(Baca: Ekspor Minyak Sawit RI Merosot 18% Akibat Hambatan Dagang)

Kemudian, ekspor minyak sawit mentah (CPO) naik 52,3% menjadi 678 ribu ton, lauric oil (PKO crude and processed) 11,2% menjadi 129 ribu ton, processed palm oil (liquid and solid fractions) 5,57% menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan ekspor oleokimia turun 12% menjadi 219 ribu ton.

Mukti menyebut, peningkatan ekspor minyak sawit terjadi ke sejumlah negara. Yang mana  ekspor ke Bangladesh tumbuh paling tinggi sebesar 264%, India 77%, Afrika 32% dan negara lain 41%. Sementara, ekspor ke Uni Eropa masih mencatat pertumbuhan 17%.

Sebaliknya, ekspor ke Amerika Serikat turun 54% dan ke Timur tengah juga turun 43%.

Mukti menyatakan, serapan minyak sawit domestik  untuk keperluan pangan pada Juli turun 6%. Hal ini disebabkan pada Mei industri menyiapkan stok produk untuk lebaran yang jatuh pada awal Juni, sehingga pemakaian minyak sawit untuk pangan pada  Mei tinggi atau sekitar 955 ribu ton.

(Baca: Uni Eropa Tampik Terlibat dalam Kampanye Hitam Sawit Indonesia)

Pada bulan Juli, industri pangan cenderung mengeluarkan stok kelebihan produksi yang dipersiapkan untuk lebaran. Konsumsi minyak sawit untuk oleokimia meningkat 6% dibandingkan dengan Juni tetapi relatif sama dengan Mei.

Peningkatan Produksi 

Gapki juga mencatat, total produksi CPO pada Juli mencapai 4,31 juta ton atau meningkat 8,46% dibandingkan bulan sebelumnya.  Hal ini terjadi karena pada Juni, terjadi kekurangan hari panen seiring dengan periode lebaran sehingga Tandan Buah Segar (TBS)  baru dipanen pada Juli. 

Kemudian, konsumsi lokal CPO pada Juli mencapai 1,43 juta ton atau naik tipis sebesar 0,3%. "Dengan situasi produksi dan konsumsi tersebut, stok minyak sawit Indonesia pada Juli menjadi 3,5 juta ton atau sekitar 2,7 kali konsumsi lokal bulanan," kata Mukti.

Reporter: Rizky Alika