Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan tantangan untuk memenuhi ketahanan pangan dunia terus berubah, seiring kondisi perubahan iklim, cuaca dan ledakan jumlah penduduk dunia. Pihaknya akan fokus pada pengembangan ketahanan sumber daya air, pangan dan nutrisi di tengah kondisi lingkungan yang semakin kompetitif.
"Evolusi ini merupakan respons terhadap arus dan tantangan di masa depan, dimana produksi pangan harus dua kali lipat pada 2050 untuk memenuhi permintaan populasi dunia yang terus bertambah, sementara daratan dan ketersediaan air menjadi terbatas," ujarnya dalam sambutan 3rd World Irrigation Forum di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Nusa Dua, Bali, Senin (2/9).
Basuki mengatakan, pada enam tahun lalu, pihaknya berfokus pada pembangunan irigasi dan drainase. Sedangkan pada tiga tahun berikutnya, tantangan ketahanan pangan dunia kembali meningkat, sehingga fokus pemerintah pun ditingkatkan pada manajemen air serta memformulasikan peran irigasi untuk produksi pangan berkelanjutan.
(Baca: Kementerian PUPR Akan Renovasi Fasilitas Rusak Usai Kericuhan di Papua)
Oleh karena itu, dia menyatakan perlu strategi yang kuat dan inovatif untuk mengatasi kelaparan dan mengakhiri kemiskinan pedesaan melalui fasilitas dan sarana perairan serta pertanian.
Adapun melalui forum irigasi dunia ini dia berharap, ada ide baru yang bisa diterapkan sebagai solusi, ketersediaan air. Dia pun menjelaskan pentingnya saluran irigasi dan bendungan untuk peningkatan produksi pangan di Indonesia, khususnya di daearah kering.
Kementerian PUPR tercatat tengah membangun 65 bendungan, yang mana 8 bendungan yang masih proses tender sementara sisanya 57 sedang dikerjakan.
“Seperti membangun Bendungan Sidan di Kabupaten Badung dan Bendungan Tamblang di Kabupaten Buleleng, Bali dan diwilayah lainnya seperti NTB dan NTT,” ujarnya.
Bendungan Sidan berkapasitas 3,82 juta meter kubik, ditargetkan menjadi sumber air baku bagi Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pembangunan Bendungan Sidan diharapkan bisa memberi manfaat bagi konservasi air, pariwisata, dan penyediaan air baku sebesar 1,75 m3/detik.
Director of Food and Agriculture Organization (FAO) Land and Water Division, Eduardo Mansur, mengatakan masyarakat internasional sedang mengalami tantangan kelangkaan air akibat perubahan cuaca dan kekeringan.
"Kelangkaan air dan pertanian tak bisa diselesaikan sendiri, perlu integrasi dan kolaborasi," ujarnya.
(Baca: Masalah Ketahanan Pangan Diragukan Beres pada 100 Hari Pemerintah Baru)
Sedangkan Menteri Pertanian dan Industri Asas Tani Malaysia, Dato Salahuddin Ayub mengatakan, siap bekerja sama dalam penyediaan manajemen air.
Dia pun menyatakan siap membuka peluang kerja sama melalui pertukaran teknologi Internet of Thing (IoT) demi sistem pengairan yang lebih cangih.