Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyiapkan beberapa startegi untuk menyokong kinerja ekspor tahun depan. Strategi tersebut di antaranya mendorong ekspor produk yang tidak diproduksi negara tujuan, misalnya ekspor buah tropis ke Tiongkok.
"Misalnya kita ke Tiongkok harus sesuatu yang tidak diproduksi oleh mereka, seperti buah tropis," kata dia di Jakarta, Jumat (16/8).
Menurut dia, dalam kunjungannya beberapa waktu lalu, pemerintah Negeri Tembok Raksasa menyatakan akan membuka akses serta mempercepat proses verifikasi buah yang dikirim dari Indonesia, seperti nanas dan manggis. Proses verifikasi juga akan dipercepat untuk mangga, durian, dan alpukat.
(Baca: Indonesia Bidik Ekspor Pertanian ke Brazil, dari Salak hingga Nanas)
Buah-buahan tropis ini tidak diproduksi di Tiongkok, sehingga dinilai bisa menjadi peluang bisnis yang bagus bagi Indonesia. "Tapi saingan kita ada Vietnam dan Thailand," ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total ekspor buah sepanjang semester I 2019 mencapai US$ 349,3 juta. Nilai tersebut turun 12,32% dibandingkan periode sama tahun lalu. Sedangkan kontribusinya sebesar 0,47% terhadap total ekspor Indonesia.
Selain buah tropis, Enggar menyatakan ekspor sarang burung walet akan ditingkatkan. Sarang burung walet dinilai punya potensi bisnis yang besar lantaran harga jualnya mencapai Rp 40 juta/kilogram.
(Baca: Jokowi Janji Anggaran Bantuan Produk Lokal Masuk Mal di Luar Negeri)
Total produksi sarang burung walet dalam negeri mencapai 1.700 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 70 ton diekspor setiap tahunnya. "Kalau (ekspor) ditingkatkan 10 kali lipat bisa berapa," ujarnya.
Kemudian, ekspor batu bara dan produk minyak kelapa sawit juga akan ditingkatkan ke Tiongkok. Begitu juga ekspor tekstil dan produk tekstil ke Amerika Serikat (AS).
(Baca: Indonesia Perbesar Ekspor Burung Walet ke Tiongkok hingga Rp 500 M)
Enggar menambahkan, peningkatan ekspor juga akan diusahakan lewat penyelesaian beragam perjanjian dagang. Perjanjian dagang Indonesia-Korea ditargetkan rampung pada tahun ini. Perjanjian dagang lain seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga ditargetkan segera selesai.
Ia berharap perang dagang AS dan Tiongkok juga akan membuat sejumlah perusahaan berorientasi ekspor melakukan relokasi industri ke Indonesia. "Kalau tidak ada investasi, tidak bisa ekspor," kata dia.