Menperin Tunggu Perhitungan Kerugian Industri Akibat Listrik Mati

Kemenperin
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Presiden Komisaris PT Panasonic Manufacturing Indonesia Rahmat Gobel meninjau pabrik lokasi produksi AC 2 & 2.5pk relokasi dari Malaysia di Jakarta, 30 Juli 2019. Airlangga menunggu perhitungan kerugian yang dialami industri akibat listrik mati.
Penulis: Michael Reily
Editor: Yuliawati
5/8/2019, 19.45 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menunggu laporan perhitungan kerugian industri akibat listrik mati massal di sebagian wilayah Jawa mulai Minggu (4/8) yang berlanjut hingga hari ini. Airlangga mengungkapkan pemadaman memberikan dampak cukup besar terhadap industri.

"Industri yang produksinya 24 jam di kawasan Jawa Barat terutama yang berkaitan dengan komitmen ekspor," kata Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/8).

Pemerintah masih memonitor serta menghitung potensi kerugian industri.  Kerugian yang diperhitungkan di antaranya komitmen ekspor. Contohnya, jadwal produksi dan distribusi produk industri dapat terganggu.

(Baca: 20 Juta Pelanggan Alami Listrik Mati, Kompensasi PLN Capai Rp 1 T)

Airlangga menyebutkan sektor petrokimia adalah industri yang skema produksinya selama 24 jam. "Jadi listrik yang berhenti bakal menyetop produksi, untuk pengembanliannya butuh waktu," ujarnya.

Menurutnya, komitmen ekspor yang terganggu juga bisa mengganggu keinginan investasi dari pengusaha. Sehingga, dia meminta pemadaman listrik yang mendadak harus segera mendapatkan pencegahan untuk terulang lagi.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menuturkan manajemen risiko adalah langkah penting jika terjadi peristiwa darurat. "Pasti banyak orang yang merasa terganggu ekonominya," kata Moeldoko.

Halaman: