PT Nestle Indonesia menargetkan kenaikan volume produksi 25% menjadi 775 ribu ton per tahun dari 620 ribu ton per tahun seiring peningkatan produksi. Dengan peningkatan tersebut, perseroan berharap bisa menjangkau lebih banyak konsumen.
"Kami memiliki tujuan untuk menjangkau konsumen Indonesia dengan produk yang lebih enak dan sehat," kata Presiden Diretor PT Nestle Indonesia Dharnesh Gordhon di Karawang, Rabu (31/7).
PT Nestlé Indonesia melakukan perluasan pabrik di tiga lokasi, yaitu di Karawang, Pasuruan, dan Bandar Lampung. Investasi perluasan pabrik ini mencapai US$ 100 juta atau setara Rp 1,4 triliun.
(Baca: Perluas Tiga Pabrik, Nestle Tanamkan Investasi Hingga Rp 1,4 Triliun)
Penambahan kapasitas tersebut antara lain meliputi satu lini produksi produk susu Bear Brand di Kejayan (Jawa Timur), 2 lini produksi untuk produk Milo siap minum di Karawang (Jawa Barat), dan produk makanan Maggie di Lampung. Sebelumnya, produksi Milo siap minum hanya dilakukan di Kejayan.
Nestle tetap akan berfokus pada pasar domestik karena potensi permintaannya yang besar. Peningkatan pasar domestik juga akan dilakukan dengan inovasi maupun pendekatan lokal. "Kami ekspor, namun itu bukan fokus kami. Sebab, ekspor itu oportunistik," ujarnya.
Pabrik Nestle di Indonesia telah memproduksi bubur bayi Cerelac, minuman cokelat malt Milo, serta susu bubuk Dancow dan Lactogrow. Selain itu, Nestle juga memproduksi kopi instan dan kopi mix Nescafe.
(Baca: Raup Dana IPO, Pemasok Kemasan Karton ke Unilever Bangun Pabrik Baru)
Industri makanan-minuman menjadi salah satu unggulan pemerintah. Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sepanjang triwulan I 2019, pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 6,77%. Angka tersebut di atas pertumbuhan ekonomi di angka 5,07%.
Adapun industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 35,58% terhadap PDB industri nonmigas.