Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan negosiasi dengan Hyundai Motors Company soal rencana menanamkan investasinya di Indonesia akan rampung sebelum November tahun ini. Harapannya, negosiasi ini selesai lebih dulu ketimbang penyelenggaraan ASEAN-ROK Commemorative Summit pada 25-26 November 2019 di Busan, Korea Selatan.
Meski tak merinci, Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, pembahasan paling alot di antara keduanya adalah soal insentif dan kemudahan berbisnis. "Kami masih di tengah negosiasi sengit mengenai insentif," kata Thomas di kantornya, Jakarta, Sepasa (30/7).
Pada kesempatan yang sama, Plt Deputi bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani menjelaskan, insentif yang diberikan pemerintah bakal menjadi salah satu pertimbangan Hyundai menaruh uangnya di sini. "Pemerintah Indonesia berikan apa sih? Kemudian mereka akan bandingkan juga dengan negara lain," kata Farah.
Negosiasi insentif ini merupakan cara perusahaan untuk bertahan di tengah lesunya industri otomotif global. Thomas mencontohkan tantangan besar yang sedang dihadapi industri ini, yaitu kemunculan metode ride hailing atau ride sharing alias tranportasi online dari Grab dan Gojek. Cara masyarakat dalam bertransportasi berubah dan membuat kebutuhan akan kendaraan pribadi menjadi berkurang.
(Baca: BKPM: Investasi ke Unicorn Indonesia Masuk Lewat Singapura)
Perusahaan otomotif juga harus berhadapan dengan kebijakan beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat yang mewajibkan menjual kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil listrik. Masalahnya, untuk merealisasikan hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Industri otomotif ditimpa biaya untuk mengembangkan pabrik yang tadinya memproduksi kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) menjadi mobil listrik," kata Thomas.
Dengan banyaknya tantangan di industri otomotif ini, membuat banyak perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan-karyawan di seluruh dunia. Sebut saja, produsen mobil asal Jepang, Nissan Motor Co Ltd yang berencanna melakukan PHK terhadap 10 ribu karyawan di seluruh dunia. Langkah tersebut akhirnya ditempuh untuk membalikkan bisnis perusahaan yang menurun.
"Sebelumnya, Ford juga melakukan PHK karyawan di Eropa. Tahun lalu juga menjadi yang pertama dalam sejarah, volume penjualan mobil Tiongkok turun dibandingkan sebelumnya," ucapnya.
(Baca: Realisasi Investasi Semester I Rp 395 Triliun, Hampir 50% dari Target)
Pekan lalu, pimpinan Hyundai Motors Group menyambangi Istana Negara untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, pertemuan tersebut membahas tentang arah pengembangan teknologi otomotif.
Pertemuan tersebut juga membahas tentang rencana investasi. Hyundai berencana memproduksi mobil listrik di Indonesia pada 2021. Rencananya, 40% dari total kapasitas produksi pabrik bakal diekspor, sedangkan 60% untuk pasar domestik.