Upaya pemerintah mengundang penyelenggara balap otomotif dunia menggelar acaranya di Indonesia dinilai bisa berdampak positif pada sektor pariwisata di Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Optimisme itu terpancar dari wajah Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Sitti Rohmi Djalilah ketika membicarakan berbagai ajang yang akan wilayahnya.
Bukan tanpa sebab, selain agenda balap MotoGP di Sirkuit Mandalika yang sedang dibangun, dia juga mendengar kabar lain. Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata mendorong sirkuit tersebut digunakan balap mobil Formula 1 (F1) pada 2024, tiga tahun setelah ajang MotoGP. “Bisa dibayangkan potensi segala sisi bagi Indonesia dan NTB, punya MotoGP dan F1,” kata Rohmi dalam sebuah sesi wawancara dengan Katadata.co.id di kantornya, NTB, akhir Juni lalu.
Kabar ini awalnya disampaikan bos Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Abdulbar Mansoer usai menghadap Jokowi bulan lalu. Meski balap mobil F1 masih lama, persiapan ajang MotoGP telah dianggap penting bagi perkembangan kawasan wisata Mandalika.
(Baca: Mandalika Jadi Tuan Rumah MotoGP, Kemenpar Targetkan 100 Ribu)
Wanita yang akrab disapa Umi Rohmi ini mengatakan Vinci Construction selaku kontraktor hingga penyelenggara MotoGP, Dorna Sports, sudah datang ke NTB. Pemagaran area pun sudah mulai dipersiapkan oleh ITDC. Sirkuit Mandalika yang sedang dibangun berkonsep Street Circuit alias sirkuit yang menggunakan jalan raya umum. "Yang kami dengar Mandalika jadi satu-satunya sirkuit yang sekelilingnya pantai," kata adik mantan Gubernur NTB M. Zainul Majdi tersebut.
Kepala Dinas Penanaman Modal NTB Lalu Gita Ariawan mengatakan pembangunan jalan akan menjadi ranah IDTC selaku pengembang wilayah KEK Mandalika. Sedangkan Dorna Sports hanya menyediakan tribun yang bisa dibongkar. "Kelas jalan yang dibangun bukan standar jalan biasa, tapi untuk sirkuit," kata Gita yang juga Komisaris ITDC ini.
MotoGP memang hanya salah satu bagian dalam menyokong pengembangan KEK Mandalika. Namun, sejumlah pihak berbenah habis-habisan. Vinci berkomitmen menggelontorkan US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun untuk pembangunan fisik kawasan ini. Selain fasilitas sirkuit, uang ini juga untuk membangun rumah sakit khusus luka bakar, hotel, hingga balai pertemuan (convention center).
Selain Vinci (kontraktor asal Prancis), ada juga EBD Paramount Holdings yang sedang membangun hotel senilai Rp 1,2 triliun, Qatar Investment Authority yang siap mengucurkan Rp 7,2 triliun, hingga List International asal Korea Selatan yang akan membangun Hotel Royal Tulip di KEK Mandalika. "Mayoritas memang yang masuk KEK Mandalika untuk sektor pariwisata seperti hotel," kata Gita. BUMN, PT PP, juga akan ikut dalam menggarap sirkuit hingga pekerjaan Hotel Paramount.
(Baca: Bangun Sirkuit MotoGP di Mandalika, Kontraktor Prancis Danai Rp 14 T)
Mempermudah perizinan menjadi langkah selanjutnya demi memacu investasi di KEK Mandalika. Gita mengatakan Pemprov NTB telah mendelegasikan 68 izin kepada BKPM Kabupaten Lombok Tengah selaku ex officio administrator KEK. Pemerintah juga telah menyiapkan insentif perpajakan. "Itu fasilitas kemudahan yang diberikan dari pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten," kata Gita.
Jokowi pun sempat mengundang para konglomerat untuk langsung berinvestasi di Mandalika. Beberapa pengusaha yang diundang ke Istana bulan Juni lalu antara lain Bos CT Group Chairul Tanjung, Bos Djarum Budi Hartono, hingga pemilik Mayapada Group Tahir.
Data Investasi yang Masuk ke KEK Mandalika
Perizinan juga menjadi langkah berikutnya guna memacu investasi di KEK ini. Gita mengatakan Pemprov NTB telah mendelegasikan 68 izin kepada BKPM Kabupaten Lombok Tengah selaku ex officio administrator KEK. Selain itu, daerah juga telah menyiapkan insentif perpajakan. "Itu fasilitas kemudahan yang diberikan dari pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten," kata Gita.
(Baca: Jokowi Ajak Konglomerasi Properti Bangun Hotel di Mandalika)
Kementerian dan Dinas Pariwisata juga mendukung dengan mengawal promosi Mandalika. Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu M. Faozal mengatakan pemetaan target promosi dilakukan berdasarkan minat wisatawan mencanegara. "Mandalika itu kan wisata marine, maka kami cari yang potensial itu dari Australia," kata Faozal. Saat ini, AirAsia baru membuka penerbangan langsung dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid Lombok menuju Perth, Australia.
Wisata halal yang kerap dibanggakan NTB juga dapat dijadikan materi promosi, serta legenda Bau Nyale hingga event seperti Lombok Marathon juga akan dilakukan secara kencang. Bukan hanya itu, integrasi Mandalika dengan desa wisata seperti Sade yang hanya berjarak 6 kilometer juga akan dilakukan. "Jadi satu kesatuan agar kuat menopang (pariwisata) Mandalika," kata Faozal.
Pesona Mandalika
Katadata.co.id melakukan reportase langsung ke kawasan Kuta Mandalika dan mewawancarai sejumlah pihak, baik pedagang, wisatawan, hingga Pemerintah Provinsi NTB pada akhir bulan Juni lalu. Hasilnya mayoritas menyambut positif pembangunan sirkuit ini. Erwin Indra (30) mengaku jauh-jauh datang dari Surabaya, melihat langsung kawasan yang akan menjadi sirkuit MotoGP ini. "Informasinya mau ada MotoGP, maka kami sempatkan ke sini," kata Erwin di Bukit Marese, Kuta, Lombok akhir Juni lalu.
Tak hanya sirkuit, Erwin mengaku mengagumi kawasan Kuta Mandalika yang memiliki pemandangan indah. Dari penelusuran Katadata.co.id, perjalanan darat dari bandara hingga kawasan Kuta, Lombok Tengah dilalui selama 30 menit dengan infrastruktur jalan yang relatif mulus. Memasuki Kuta Mandalika, kita akan menemukan kontur perbukitan hijau yang diakhiri dengan turunan menuju pantai.
Masuk wilayah KEK Mandalika, pengunjung akan disuguhi jalan kompleks nan mulus laiknya kawasan Nusa Dua Bali. Terlihat, beberapa konstruksi hotel baru saat ini sedang dikerjakan. Sedangkan di lereng bukit belakang pantai, terlihat villa-villa mulai berdiri. Pantai Kuta Mandalika sendiri terletak di teluk yang diapit dua bukit, ini membuat perairannya tenang dan berwarna bening ketika terkena pantulan sinar matahari.
(Baca: Garap Wisata Halal di Mandalika, Investor Qatar Kucurkan Rp 7 Triliun)
Aria Yogi, seorang resepsionis sebuah penginapan di Pantai Kuta, NTB mengatakan saat ini banyak pengunjung hotel yang menanyakan lokasi sirkuit yang rencananya selesai 2021 tersebut. "Kalau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) belum pada tahu, tapi MotoGP yang ditanya," kata dia.
Infrastruktur penunjang pantai tersebut juga terlihat telah terbangun. Selain paving block yang memisahkan pasir dengan jalan raya, ada beberapa bangunan berdesain modern sudah berdiri di tepi pantai. "Itu untuk ganti baju dan mandi (pengunjung pantai)," kata Yogi yang menemani Katadata.co.id berkeliling.
Erwin Indra (30) mengaku jauh-jauh datang dari Surabaya, menginap di Mataram. "Informasinya mau ada MotoGP, maka kami sempatkan ke sini," ujarnya di Bukit Marese, Kuta, Lombok akhir Juni lalu. Tak hanya sirkuit, Erwin mengagumi kawasan Kuta Mandalika yang memiliki kontur yang indah.
Suara positif juga datang dari turis mancanegara, seorang turis bernama Viktor Regeni mengaku terkagum-kagum dengan keindahan alam Kuta Mandalika. Kehadiran MotoGP dinggapnya juga akan menjadi daya tarik yang positif di masa depan. "Ini yang paling bagus selama lima bulan saya keliling Asia Tenggara," kata turis asal Hungaria tersebut.
Katadata.co.id juga sempat menyambangi Desa Sade yang hanya berjarak 6 kilometer dari KEK Mandalika. Desa ini merupakan desa khas suku sasak yang didiami 150 Kepala Keluarga ini masih mempertahankan desain bangunannya dengan atap jerami yang khas.
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung Sade, Desa Rembitan yang bernama Sanah Ardinata mengatakan dampak pengembangan KEK Mandalika akan terasa ke depannya mengingat akan banyak hotel yang berdiri di kawasan tersebut. “Tentu mereka akan ramai ke sini,” kata pria yang akrab dipanggil Embar itu.
Desa Sade merupakan satu-satunya desa asli Sasak yang bertahan. Meski demikian, ITDC juga menyiapkan desa lain yang dikembangkan menjadi desa wisata bernama Desa Ende. Modelnya tidak jauh berbeda dengan Desa Sade dengan desain jerami. Laiknya Sade, desa Ende juga mempertahankan adat pembersihan bangunan dengan kotoran sapi.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Ende yang bernama Tantowi mengatakan pembinaan langsung dilakukan ITDC dan Kementerian BAdan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan beberapa bantuan. Tantowi mengatakan BUMN memberikan alat tenun, pembinaan pemandu wisata, perluasan tempat parker, hingga pusat kuliner, musola, dan sanggar. “Nominalnya sekitar Rp 3,3 miliar,” katanya.