Jalur Cepat Mengantarkan Mandalika ke Pentas Dunia

Februanto Anggara|KATADATA
Kawasan Kuta Mandalika
20/7/2019, 08.20 WIB

Katadata.co.id juga sempat menyambangi Desa Sade yang hanya berjarak 6 kilometer dari KEK Mandalika. Desa ini merupakan desa khas suku sasak yang didiami 150 Kepala Keluarga ini masih mempertahankan desain bangunannya dengan atap jerami yang khas.

 Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kampung Sade, Desa Rembitan yang bernama Sanah Ardinata mengatakan dampak pengembangan KEK Mandalika akan terasa ke depannya mengingat akan banyak hotel yang berdiri di kawasan tersebut. “Tentu mereka akan ramai ke sini,” kata pria yang akrab dipanggil Embar itu.

Desa Sade merupakan satu-satunya desa asli Sasak yang bertahan. Meski demikian, ITDC juga menyiapkan desa lain yang dikembangkan menjadi desa wisata bernama Desa Ende. Modelnya tidak jauh berbeda dengan Desa Sade dengan desain jerami. Laiknya Sade, desa Ende juga mempertahankan adat pembersihan bangunan dengan kotoran sapi.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Ende yang bernama Tantowi mengatakan pembinaan langsung dilakukan ITDC dan Kementerian BAdan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan beberapa bantuan. Tantowi mengatakan BUMN memberikan alat tenun, pembinaan pemandu wisata, perluasan tempat parker, hingga pusat kuliner, musola, dan sanggar. “Nominalnya sekitar Rp 3,3 miliar,” katanya.

Sempat Terdampak Gempa

Warga setempat berharap kemajuan sektor wisata dan ajang balap dunia dapat meningkatkan kunjungan turis ke Kuta Mandalika. Apalagi kawasan ini sempat terdampak gempa NTB tahun lalu. Menurut Yogi, gempa yang terjadi Juli tahun lalu sempat menyurutkan wisatawan datang ke hotel tempatnya bekerja.

Menurut Yogi, dalam satu bulan setelah bencana Gempa Lombok, hanya 1-2 kamar hotel tempat dia bekerja yang terisi setiap hari. Biasanya dalam kondisi normal, sekitar 75-80 persen dari 16 kamar diisi oleh pengunjung setiap harinya. Meski saat ini membaik, ia juga berharap adanya informasi pembangunan MotoGP meningkatkan keingintahuan turis untuk datang. "Selain itu saat ini sudah mau high season," ujarnya optimis.

(Baca: Jokowi Minta Penanganan Pascagempa Lombok Dipercepat)

Hal yang sama dikatakan Erlan Effendi, pemilik Hery Homestay. Sejak membangun penginapan tersebut hingga sebelum gempa, kamar homestay miliknya selalu penuh. Dalam kondisi normal, tiap kamar hanya kosong 3-4 hari. "Setelah gempa, mulai surut (tamu) yang mancanegara," kata Erlan yang memiliki 11 kamar homestay ini. 

Dampak gempa juga terasa hingga Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah. mengatakan jumlah turis berkunjung di waktu normal mencapai 20 ribu orang per hari, terdiri dari 18 ribu domestik dan 2.000 asing. Namun usai gempa, angka kunjungan turis sempat menyusut 60 persen. Padahal 90 persen perekonomian Desa Sade ditopang oleh pariwisata dan turunannya. "Tapi sekarang sudah mau bangkit," kata Erlan. 

Data Kunjungan Wisatawan ke Mandalika 2015-2018

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), dampak gempa paling terasa pada bulan Juli ke Agustus di mana jumlah kunjungan wisman turun 69 persen. Rohmi mengatakan secara total, jumlah kunjungan wisatawan asing dan domestik ke NTB mencapai 3,5 juta orang. Tahun ini pihaknya menargetkan angka itu akan naik 500 ribu dengan rincian 2 juta wisman dan 2 juta wisatawan lokal. "Tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh kerja keras ekstra," katanya.

Masalah Lahan dan Tantangan

Di wilayah Kuta Mandalika telah berdiri sejumlah restoran hingga hotel. Saat malam, wisatawan di kawasan Kuta atau masyarakat lokal menyebutnya Kuta Sentral. Kawasan ini didominasi wisatawan asing pada malam hari, tapi saat terlihat lebih banyak wisatawan lokal di sekitar pantai.

Yogi mengatakan bibir pantai yang di-paving block membuat turis mancanegara enggan menikmati pantai Kuta lagi. "Seperti turis Jepang itu lebih memilih yang jalannya jelek tapi pantainya bagus," kata dia. Beberapa pantai yang berada di sekitar Kuta adalah Pantai Seger, Selong Belanak, Tanjung Aan, Mawun, hingga Gerupuk. 

(Baca: Pemerintah Cari Cara Bebaskan Lahan untuk 4 Kawasan Wisata Prioritas)

Meski menyambut baik dan mendukung keberadaan MotoGP, namun Erlan memberitahu ada masalah lahan yang menimpa dia dan homestay-nya. Lahan milik Erlan masuk ke dalam area KEK Mandalika yang saat ini akan dibebaskan ITDC. Dalam perjalanan menuju homestay-nya, Katadata.co.id bahkan menemukan beberapa bidang tanah yang telah dipatok ITDC. 

Sebelum digusur, Erlan meminta ITDC memindahkan homestay dan tempat tinggalnya ke utara jalan utama Kuta Mandalika. Menurutnya, pemindahan itu dapat menyelamatkan pemasukan usaha penginapannya mengingat homestay merupakan satu-satunya pendapatannya saat ini. "Saya tidak akan pergi ke mana-mana, saya tunggu yang berhak sosialisasikan masalah tanah. Kalau saya ke sana seolah saya yang butuh mereka (ITDC)," katanya.

Gita menambahkan tim penilai independen telah bekerja untuk melakukan penilaian harga. ITDC dalam mengganti lahan juga berpegangan terhadap aturan yang berlaku. Meski masih menghadapi masalah, ia berharap konstruksi sirkuit dapat dimulai usai 31 Agustus mendatang. "Selaku pemilik inginnya harga melambung tinggi, tapi sudah ada tim penaksirnya," kata dia.

(Baca: Pemerintah Siapkan Skema Pembiayaan Homestay di 10 Bali Baru)

Kekhawatiran lain apabila KEK Mandalika berkembang adalah daya dukung alam Lombok bagian selatan serta komersialisasi. Seorang pedagang tenun Desa Sade yang bernama Ibu Nayang mengaku khawatir semakin ramai dan modernnya Mandalika akan berdampak pada minat turis berkunjung. "Kalau terlalu modern takutnya turis akan berkurang," ujarnya.

Kuta Beach Park, Mandalika (ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI)

Meski menganggap adanya MotoGP positif bagi Lombok, Regeni mengingatkan agar pengembangan Mandalika dibarengi dengan konservasi alam. Ini lantaran kekayaan alam Lombok Selatan merupakan aset besar bagi pariwisata. "Harus hati-hati terhadap pengelolaan alam di sini," kata dia.

Sementara Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar Hiramsyah Thaib mengaku tak khawatir konservasi alam objek wisata di 10 Bali Baru seperti Mandalika terabaikan. Ini karena Kemenpar telah menetapkan konservasi alam dan budaya merupakan ujung tombak pariwisata itu sendiri. "Pak Menteri Pariwisata (Arief Yahya) menegaskan, semakin dilestarikan akan semakin mensejahterakan (masyarakat)," ujarnya dalam sebuah sesi wawancara khusus dengan Katadata.co.id.

Di sisi lain, Hiramsyah dan Rohmi menganggap tantangan besar Mandalika serta 10 Bali Baru lain saat ini adalah harga tiket pesawat domestik yang sempat melambung. Ini dapat menjadi ganjalan dalam mendatangkan wisatawan ke kawasan seperti Mandalika. "Mudah-mudahan harga tiket cepat turun, Pak Presiden kan sudah memerintahkan sejak lama," kata Rohmi.

(Baca: Tiket Pesawat Mahal, Kunjungan Wisatawan Turun Hingga)

Halaman: