Harapan Tinggi dari Kerja Besar Mendandani 10 Bali Baru

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Panorama di sekitar patung Sang Hyang Ganesha di Pulau Menjangan, Buleleng, Bali, 8 Januari 2017.
Penulis: Hari Widowati
Editor: Yura Syahrul
20/7/2019, 08.56 WIB

Empat tahun terakhir, pemerintah menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu ujung tombak perekonomian negara ini. Sejalan dengan program infrastruktur yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, pemerintah mengembangkan sejumlah kawasan pariwisata di berbagai daerah --selain Bali-- yang disebut "10 Bali Baru". Ini sebuah kerja besar dengan aneka tantangan dan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.   

10 Bali Baru tersebut adalah Danau Toba (Sumatera Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu dan Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jawa Tengah), Bromo Tengger Semeru (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).

Dari 10 destinasi tersebut, empat di antaranya adalah destinasi super prioritas, yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.

Jokowi melihat Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dengan keindahan alam dan budayanya tetapi hanya sebagian yang sudah tergarap. Padahal,  pariwisata ini merupakan sektor yang berdampak pada banyak sektor lainnya dari industri hotel dan restoran, penerbangan, hingga sektor jasa lainnya. Belum lagi besarnya tenaga kerja yang bisa diserap oleh sektor ini.

(Baca: Memacu Pelesiran dengan Teknologi Satu Sentuhan )

Kontribusi sektor pariwisata sebagai salah satu penyumbang devisa terus meningkat dari US$ 9,12 miliar pada 2012 menjadi US$ 16,11 miliar pada 2018. Tahun ini, pemerintah menargetkan bisa meraup devisa sebesar US$ 17,6 miliar dari sektor ini. Perolehan devisa ini merupakan salah satu tumpuan harapan pemerintah untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan (current account defisit) yang terjadi lantaran kinerja ekspor yang melambat.



Angka kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) periode 2015-2018 juga terus naik dari 10,23 juta orang menjadi 15,81 juta orang. Target kunjungan wisman tahun ini semula ditetapkan 20 juta orang tetapi direvisi menjadi 18 juta orang mengingat bencana yang terjadi di beberapa daerah.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Danau Toba bisa mendatangkan satu juta wisatawan mancanegara (wisman), Borobudur dua juta wisman, Mandalika satu juta wisman, serta Labuan Bajo 500 ribu wisman.

"Kunjungan wisman di Borobudur sekarang masih 500 ribu, seperlima Angkor Wat. Yang kurang adalah akses transportasi, jadi kami bangun bandara," ujar Arief usai Rapat Terbatas Pengembangan Destinasi Pariwisata Prioritas, di Istana Kepresidenan, Selasa (16/7).

(Baca: Pemerintah Siapkan Rp 6,4 T untuk Destinasi Wisata Super-Prioritas)

Pemerintah akan membereskan pembangunan infrastruktur di empat destinasi prioritas ini pada 2020. Dana Rp 6,4 triliun dianggarkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2020 untuk pengembangan keempat destinasi super prioritas tersebut.

Menurut data Kementerian Pariwisata, pengembangan sepuluh destinasi pariwisata prioritas dan kawasan strategis pariwisata nasional membutuhkan dana Rp 500 triliun. Dana tersebut untuk investasi di sektor pariwisata Rp 205 triliun dan pembiayaan pariwisata Rp 295 triliun.

Ketua Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas, Hiramsyah Thaib, mengatakan dari investasi tersebut sekitar Rp 170 triliun dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata. Adapun porsi investasi swasta mencapai Rp 35 triliun.

Sementara itu, untuk pembiayaan pariwisata pemerintah menyiapkan dana Rp 10 triliun melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Sarana Multi Infrastruktur (SMI), PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), hingga skema Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA). Industri perbankan diharapkan bisa mendukung pembiayaan wisata sebesar Rp 230 triliun. Adapun kontribusi industri keuangan non-bank Rp 10 triliun dan pasar modal Rp 45 triliun.

(Baca: Incar Turis Premium, Jokowi Perintahkan Pembenahan Labuan Bajo)

Arus Investasi dengan Skema KEK

Hingga akhir tahun lalu, Bali masih menjadi magnet investasi pariwisata di Indonesia. Dari grafik Databoks di bawah ini terlihat posisinya di urutan pertama dengan nilai realisasi tahun lalu mencapai US$ 655,7 juta atau Rp 9,18 triliun. Di posisi berikutnya adalah Jakarta, lalu Kepulauan Riau. Realisasi investasi di empat destinasi prioritas belum masuk dalam lima besar.

Hiramsyah menyatakan, untuk memperbesar arus investasi ke destinasi pariwisata prioritas ini akan dilakukan dengan skema kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata. Sembilan dari sepuluh destinasi unggulan ini akan menjadi KEK yang diharapkan menduplikasi kesuksesan kawasan Nusa Dua di Bali.

"Isu besarnya kecepatan dan kemudahan berusaha, dengan KEK pariwisata perizinan jadi lebih mudah, cepat, dan murah," katanya.

Model KEK ini juga akan mengatasi masalah lahan yang sering menjadi kendala dalam pengembangan usaha. Saat ini sudah ada empat KEK pariwisata, yakni Tanjung Lesung, Mandalika, Morotai, dan Tanjung Kelayang.

Investor pun mulai berdatangan. Di KEK Mandalika sudah ada Vincci Construction dari Prancis yang akan membangun sirkuit MotoGP dengan nilai investasi Rp 14 triliun. Ada juga investor Qatar yang berminat membangun resor senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,2 triliun.

Di Danau Toba, tahun lalu sudah ditandatangani perjanjian kerja sama antara Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dengan tujuh investor senilai Rp 6,7 triliun. Tanjung Kelayang juga menarik minat PT Setra Gita Nusantara dan Starwood Asia Pacific Hotels and Resorts yang akan membangun Sheraton Hotel senilai Rp 418 miliar.

(Baca: Jokowi Ajak Konglomerasi Properti Bangun Hotel di Mandalika)

Mendongkrak PAD

Pengembangan 10 Bali Baru ini mulai dirasakan dampaknya terhadap perekonomian daerah, salah satunya tercermin dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pertumbuhan PAD di Kabupaten Belitung pada periode 2014-2018 mencapai 285%. Pemerintah Provinsi Bangka Belitung juga mencatat pertumbuhan PAD signifikan pada periode 2014-2018 sebesar 183%.

Di Kabupaten Manggarai Barat, PAD 2018 tumbuh 93% menjadi Rp 135 miliar. Sementara itu, Kabupaten Samosir melaporkan kenaikan PAD sebesar 81% pada 2017 dibandingkan 2016.

Bupati Samosir Rapidin Simbolon menyebut kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD hampir mencapai 55%. Ada 15 destinasi wisata di Kabupaten Samosir, lima di antaranya adalah destinasi utama, yakni Air Terjun Efrata, Air Terjun Naisogop, Aek Sipitudai, Aek Renggat Pangururan, dan Batu Sawan. "Kami akan terus dorong agar arusnya lebih positif lagi," ujar Rapidin seperti dikutip Liputan6.com.

Air terjun Sipiso-piso di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara. (ANTARA FOTO/Anis Efizudin)

Kesadaran terhadap potensi sektor pariwisata sebagai motor ekonomi daerah ini juga ditunjukkan dengan peningkatan usulan Dana Alokasi Khusus (DAK) pariwisata. Usulan DAK pariwisata pada 2016 mencapai Rp 328 miliar dari 2 provinsi dan 57 kabupaten/kota. Angka ini melonjak menjadi Rp 36,63 triliun dari 27 provinsi dan 460 kabupaten/kota pada 2019.

(Baca: BI Nilai Pariwisata Jadi Kunci Penyehatan Neraca Transaksi Berjalan)

Berdasarkan usulan tersebut, alokasi DAK pariwisata 2016 mencapai Rp 92 miliar dari 2 provinsi dan 56 kabupaten/kota. Adapun alokasi DAK pariwisata 2019 menjadi Rp 1 triliun, yang terdiri atas Rp 700 miliar DAK reguler dan Rp 303,44 miliar DAK penugasan. Artinya, alokasi DAK pariwisata melejit lebih dari 10 kali lipat.

Reporter: Michael Reily, Ameidyo Daud Nasution