Meski Kerusuhan Mereda, Sejumlah Pusat Belanja Masih Ditutup

Penjagaan Polisi di depan kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019).
Penulis: Rizky Alika
23/5/2019, 13.51 WIB

Meski kerusuhan yang terjadi sejak Selasa (21/5) malam dan berlanjut hingga Rabu (22/5) telah mereda, beberapa pusat belanja masih ditutup, salah satunya adalah Sarinah, yang masih ditutup sepanjang hari ini.

"Hari ini Sarinah masih tutup. Mudah-mudahan situasi kemanan segera normal sehingga kami bisa beraktivitas," kata Direktur Utama Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa kepada katadata.co.id, Kamis (23/5).

Ia pun belum menyebutkan kapan Sarinah akan kembali beroperasi. Putu hanya berharap, Sarinah dapat kembali dibuka secepatnya, karena penutupan kemarin membuat Sarinah kehilangan potensi pendapatan yang cukup besar. Putu menyebutkan, rata-rata omzet yang diperoleh Sarinah dapat mencapai Rp 400 juta hingga Rp 500 juta per hari.

Sementara itu, pusat belanja Grand Indonesia telah kembali dibuka setelah pada hari Rabu kemarin hanya beroperasi hingga pukul 15.00 pada Rabu lalu. Selain itu, berbagai tenant di Grand Indonesia telah kembali beroperasi hari ini.

"Hari ini kami beroperasi normal mulai jam 10 pagi sampai jam 10 malam," kata Public Relation Grand Indonesia Annisa Hazarini.

(Baca: Kerusuhan 22 Mei, Aktivitas Pusat Belanja kawasan Thamrin Terhenti)

Sementara itu, pusat belanja Plaza Indonesia, Senayan masih ditutup mulai Rabu (22/5) hingga Jumat (24/5). "Mulai beroperasi normal seperti biasa pada Sabtu, 25 Mei 2019," kata Public Relation Plaza Indonesia Tommy Utomo.

Adapun Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan ada kerugian yang dialami oleh ritel modern yang menyediakan tempat untuk berkumpul, seperti restoran atau kafe. Beberapa bisnis seperti restoran dan cafe ia katakan harus terisi pada satu hari, karena esoknya tidak bisa diulang.

Namun, bagi penjual kebutuhan sandang, kerugian tidak begitu besar lantaran konsumen dapat menunda pembeliannya di hari lain. Selain kerugian yang dialami ritel, bisnis di sekitar pusat ritel juga terkena dampak, seperti transportasi dan tempat makan di sekitar pusat belanja.

Tutum juga menyorot dampak psikologis akibat kerusuhan, yang memberikan dampak negatif bagi industri ritel. Menurutnya, adanya kerusuhan pasti akan mengundang keraguan investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini jelas beresiko untuk industri ritel.

(Baca: Imbas Rusuh Aksi 22 Mei, Pasar Tanah Abang Kehilangan Omzet Rp 200 M)

Reporter: Rizky Alika