Pertumbuhan Penjualan Mobil Diperkirakan Tertekan Sepanjang 2019

ANTARAFOTO | Fikri Yusuf
Ilustrasi. Bahana Sekuritas memperkirakan penjualan mobil sepanjang 2019 tidak akan tumbuh setinggi tahun lalu.
Penulis: Sorta Tobing
16/5/2019, 11.48 WIB

Penjualan mobil sepanjang 2019 diperkirakan tidak akan tumbuh setinggi tahun sebelum yang mencapai angka 1,15 juta unit. Daya beli masyarakat yang diproyeksikan akan pulih saat musim Pemilu, ternyata belum sekuat perkiraan pasar.

Biasanya, saat musim Pemilu konsumsi masyarakat akan tinggi. Apalagi di saat bersamaan pada kuartal lalu pemerintah menggelontorkan bantuan sosial. Asumsi itu ternyata tak terbukti karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2019 lebih rendah dari prediksi. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian pada kuartal pertama 2019 hanya 5,07%. Sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu di 5,06%. Padahal, konsensus pasar memperkirakan angkanya mencapai 5,2%.

Belum kuatnya konsumsi juga tercermin dari data penjualan mobil yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selama kuartal pertama tahun ini. Angkanya secara tahunan (year on year/yoy) turun 13,1% menjadi sebanyak 253.863 unit.

Analis Bahana Sekuritas Anthony Yunus dalam laporannya hari ini, Kamis (16/5) mengatakan, pelemahan penjualan mobil terjadi, selain pelemahan konsumsi, juga karena menurunnya nilai rupiah dan harga komoditas.

(Baca: Peta Baru Persaingan Bisnis Mobil di Indonesia)

Ia memperkirakan angka penjualan mobil 2019 akan sama dengan tahun lalu. “Secara musiman, pada kuartal kedua ada sedikit perbaikan, dan pada kuarta keempat biasanya tumbuh lebih kencang, namun secara keseluruhan tahun ini, penjualan mobil diperkirakan belum akan mengalami kenaikan,” kata Anthony. Penjualan mobil, menurut dia, bisa naik hingga double digit, bila ekonomi tumbuh sekitar 7%.  

Turunnya angka penjualan mobil juga dipicu persaingan ketat para produsen karena masuknya pemain dan varian baru. Harga-harga mobil saat ini cukup bersaing, seperti keluaran Wuling, Mitsubishi Xpander, dan Nissan.

Masyarakat merespon positif ekspansi Wuling. Terbukti, pertumbuhan penjualan produsen mobil asal Tiongkok itu mencapai 2% dalam setahun terakhir. Wuling bahkan sudah menyediakan layanan pembiayaan untuk memberikan kemudahan akses dana bagi pelanggannya.

Untuk produk terbarunya Almaz, Wuling mencatat Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) mencapai dua ribu unit pada April lalu. Total penjualannya sejak dilucurkan pada Februari 2019 mencapai 980 unit.

Nissan masih menawarkan diskon sekitar 2% untuk produk Livina dan Serena model terbaru. Mitsubishi masih memberi diskon 1% varian Xpander demi mempertahankan pangsa pasar.

Bahana memperkirakan sepanjang 2019, perang diskon untuk mendorong penjualan mobil akan berkurang signifikan karena para produsen mulai menjaga margin keuntungan. Astra International sebagai produsen mobil terbesar di Indonesia tak lagi gencar melakukan itu. Perusahaan mengambil strategi dengan mengeluarkan model terbaru Avanza dan Xenia.

Strategi itu terbukti cukup berhasil. Pangsa pasar perusahaan berkodem saham ASII ini naik 53% pada kuartal pertama 2019, dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya 49%. Karena itu, Bahana merekomendasi saham ASII layak dibeli dengan target Rp 8.300 per lembar saham.

Bahana memperkirakan pendapatan Astra pada 2019 naik sekitar 4% menjadi Rp 249,3 triliun, dan laba bersih diperkirakan naik sekitar 5% secara tahunan menjadi Rp 23 triliun.