PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), perusahaan retail produk olahraga dan gaya hidup siapkan investasi Rp 250 miliar tahun ini. Dana tersebut akan digunakan untuk membuka 150 gerai baru.
Corporate Secretary MAP Aktif, Ratih D Gianda mengatakan, di tengah tantangan industri retail, perusahaan melihat olahraga dan hidup sehat masih menjadi pilihan utama masyarakat. Karenanya, dia menilai kebutuhan masyarakat akan merek produk kebugaran masih tetap diminati.
(Baca: Payless Diisukan Bangkrut, MAP Tetap Buka 18 Gerai Hingga Akhir Tahun)
Untuk menggaet peluang pasar, perusahaan berencana tetap melanjutkan ekspansi melalui strategi retail multi-tier formula. Startegi ini bertujuan untuk menarik pelanggan dengan segmentasi pasar premium maupun menengah ke bawah melalui plarfom penjualan online maupun offline.
"Tahun ini kamu berencana menambah 10% area gerai dari luas area sebelumnya 194,678 meter per segi per akhir 2018. Jadi akan ada penambahan sekitar 150 gerai," kata Ratih kepada Katadata.co.id, Selasa (19/3).
Dengan ekspansi ini, dia berharap mampu mendorong pendapatan perusahaan hingga 20% dibanding realisasi 2018 sebesar Rp 6,2 triliun serta penjualan per gerai (same sales store growth/SSSG) meningkat di kisaran 8%-10%.
(Baca: Retail Minimarket Masih Tumbuh 1000 Gerai Tiap Tahun)
Hingga tahun lalu, anak usaha Mitra Adi Perkasa (MAP) ini telah mengoperasikan 1.074 gerai di 74 kota di seluruh Indonesia seperti Planet Sports.Asia, Sports Station, The Athlete’s Foot, Golf House, Royal Sporting House, Ogaan, Kidz Station dan Planet Sports Kids. Perseroan juga tercatat sebagai distributor eksklusif untuk sejumlah merek sepatu seperti Skechers, Reebok, New Balance, Clarks dan Lego.
Persaingan di bisnis retail semakin ketat. Berita soal penutupan gerai retail ternama berlanjut ke tahun ini. Pemilik CT Corp – grup yang menaungi Transmart dan Carrefour -- Chairul Tanjung mengatakan pengusaha retail harus mengubah model bisnisnya untuk menghadapi ketatnya persaingan di era digital.
Secara umum, ia menjelaskan, era digital telah mengubah pola belanja masyarakat. Maka itu, perlu ada perubahan model bisnis untuk menghadapi perubahan zaman. “Kalau (model bisnis) tidak berubah, ya pasti akan kalah. Kalau kalah, ya mau enggak mau harus tutup," kata dia di Jakarta, Senin (14/1). Perubahan model bisnis yang dimaksud bukan hanya sebatas beralih ke sistem online. Sebab, masih banyak perubahan lain yang bisa dilakukan.
(Baca: Peretail Kembali Terapkan Plastik Berbayar Rp 200 Mulai Besok)
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) menilai penutupan merupakan hal yang wajar di lingkup industri retail untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan. Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta menyebutkan umumnya salah satu alasan peretail menutup gerainya karena lokasi yang tidak menjanjikan. "Kalau tidak efisiensi, toko yang tidak sehat bakal mempengaruhi kepada toko yang sehat," kata Tutum di Jakarta, Rabu (16/1).
Selain itu, dia pun mengakui situasi ekonomi memang sedang lesu secara global dan domestik. Sehingga, perusahaan retail harus melakukan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis. Jika situasi membaik, perusahaan retail nantinya biasanya akan kembali membuka gerai baru. Bahkan, Tutum menyebutkan ada penutupan gerai sebanyak 400 unit pada tahun 2018, tetapi hal itu juga diimbangi dengan pembukaan 500 unit gerai baru.
Meski begitu, Aprindo mengingatkan perusahaan retail supaya melakukan strategi yang lebih tepat untuk bisnis ke depan. Sebab, pola konsumsi masyarakat juga berubah dengan kemajuan teknologi.