Impor Anjlok, Menko Darmin: Pengaruhnya Bisa ke Sektor Manufaktur

Katadata
Ilustrasi pelabuhan ekspor-impor. Anjloknya impor pada Februari 2019, menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, sangat berdampak ke sektor manufaktur.
Penulis: Rizky Alika
Editor: Sorta Tobing
15/3/2019, 17.41 WIB

Kinerja impor mengalami penurunan tajam pada Februari 2019. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai semestinya hal itu tidak terjadi.

Penurunannya, menurut dia, dapat berdampak ke sektor manufaktur yang menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional. "Pemerintah sedang bekerja bukan hanya menaikkan ekspor tapi menjaga pertumbuhan, sehingga impor semestinya tidak merosot tajam," kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat (15/3).

Darmin mengatakan, dampak dari turunnya impor baru terlihat dalam dua hingga tiga tahun ke depan. "Jadi artinya, bukan berarti kita sudah kehilangan kesempatan mempertahankan dan memperbaiki pertumbuhannya. Satu-dua tahun lagi masih banyak hal yang bisa dilakukan," ujarnya.

Ia pun berharap kinerja neraca dagang dapat lebih positif agar neraca transaksi berjalan dapat semakin membaik. Di sisi lain, kinerja ekspor perlu ditingkatkan di tengah perlambatan ekonomi global.

(Baca: Neraca Dagang Februari Surplus, IHSG Sesi I Melesat 0,6%)

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca dagang Februari mengalami surplus US$ 330 juta (sekitar Rp 4,7 triliun) seiring kinerja impor yang menurun tajam. Angka tersebut berbanding terbalik bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang defisit US$ 52,9 juta serta Januari 2019 yang defisit US$ 1,16 juta.

(Baca: Ekspor Februari Anjlok 10,03% Terseret Pelemahan Harga Komoditas)

Di sisi lain, pada Februari 2019 impor turun drastis 18,61% dibanding Januari 2019 atau sebesar US$ 12,20 miliar. Penurunan impor terjadi di seluruh golongan, baik untuk impor konsumsi, bahan baku, maupun barang modal. Tidak hanya itu, penurunannya juga terjadi pada impor mesin yang digunakan untuk menopang sektor manufaktur.

Berdasarkan sektornya, impor non migas turun 20,14% mencapai US$ 10,65 juta dibanding Januari 2019. Sedangkan jika dibandingkan Februari 2018, impor non migas turun 13,98%. Penurunan impor non migas terbesar terjadi pada golongan mesin dan peralatan listrik sebesar 27,80% menjadi US$ 477,3 juta. Adapun peningkatan terbesar dicatat impor gula dan kembang gula sebesar 216,99% menjadi US$ 100,9 juta.

Reporter: Rizky Alika