Kemenperin Dorong Insentif Pajak untuk Lima Sektor Unggulan

ANTARA FOTO/Maulana Surya
Peserta beasiswa industri tekstil mengikuti praktek pelatihan di Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta, Solo, Jawa Tengah, Senin (12/3/2018).
Penulis: Michael Reily
Editor: Pingit Aria
12/3/2019, 19.01 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan investasi industri manufaktur bakal mendorong penerimaan negara. Apalagi, industri menyumbang sekitar 22% untuk penerimaan pajak dan cukai terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Airlangga menjelaskan industri merupakan bagian penyumbang terbesar pajak dan cukai. “Pemerintah dorong investasi dengan tax holiday dan super-deductible tax, terutama untuk sektor unggulan,” katanya di ICE BSD Tangerang, Banten, Selasa (12/3).

Dia menjelaskan ada lima sektor unggulan yang menjadi prioritas pemerintah, yakni: tekstil dan busana, otomotif, makanan dan minuman, kimia, serta elektronik. Menurut Airlangga, pemerintah juga memberikan fasilitas untuk pembangunan kawasan ekonomi.

Apalagi, Indonesia tengah menyiapkan industri 4.0 sekaligus memanfaatkan digitalisasi. Dia menuturkan, efisiensi berdasarkan teknologi malah akan menciptakan lapangan kerja baru. “Tentunya butuh peningkatan dan pelatihan sumber daya manusia dengan kemampuan baru,” ujar Airlangga.

(Baca: Menperin Harap Lulusan Apple Academy Bisa Rebut Pasar Digital)

Contohnya, penggunaan pengkodean algoritma untuk pembuatan aplikasi. Kebanyakan pembelajaran coding merupakan ilmu yang diminati generasi muda. Dia menambahkan, kesempatan ekonomi digital muncul dengan talenta baru.

Airlangga mengungkapkan, ekonomi digital mampu menghasilkan miliarder yang berusia di bawah 35 tahun, sedangkan ekonomi konvensional butuh pengalaman untuk menjadi kaya pada usia 39 tahun ke atas. “Pemerintah menyambut ekonomi digital secara optimis,” katanya lagi.

Sementara itu, Vice President PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia mengatakan tekstil merupakan tulang punggung manufaktur Tanah Air sebab sumbangan untuk investasi dan ekspor yang tinggi.

Menurutnya, industri tekstil butuh investasi asing untuk pengembangan kapasitas. Selain itu, pengembangan sumber daya manusia bakal mendorong peningkatan kualitas hasil produk tekstil.

(Baca: Ide Dorong Ekspor Lewat Insentif Daerah, Ekonom Ingatkan Jangan Panik)

Anne mengungkapkan, potensi industri tekstil untuk ekspor sangat besar. Apalagi porsi produk Indonesia di pasar global baru mencapai 1,8% kebutuhan dunia, masih kalah dibandingkan Vietnam dan Bangladesh yang sudah mencapai 7%. “Kita perlu tingkatkan industri, saya yakin kalau pemerintah mendukung bisa menyusul Vietnam dalam 7 tahun,” ujar Anne.

Reporter: Michael Reily