Kerja Sama RI-Australia Diteken, Tarif Impor Gula Rafinasi Diturunkan

Katadata/Arief Kamaludin
Pedagang tengah mengemasi gula pasir kedalam kantong plastik di pasar di kawasan Jakarta.
Penulis: Ekarina
4/3/2019, 17.17 WIB

Perjanjian Kemitraan ekonomi komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) antara Indonesia dan Australia resmi diteken. Kerja sama tersebut salah satunya berdampak pada turunnya tarif impor gula rafinasi sebagai bahan baku oleh industri makanan dan minuman dalam negeri. 

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan penurunan tarif impor mencapai separuh dari jumlah yang seharusnya dikenakan. "Bahan baku gula rafinasi berhasil diturunkan menjadi 5% dari yang sebelumnya di atas 10%," kata Adhi di Jakarta, Senin (4/3).

(Baca: Negosiasi Panjang Perjanjian Dagang RI-Australia Akhirnya Rampung)

Dengan demikian,  tarif impor bahan baku gula rafinasi asal Australia tersebut menjadi sama dengan tarif impor serupa di negara ASEAN.

Adhi mengungkapkan, dengan diturunkannya tarif impor, diharapkan akan berdampak positif terhadap industri makanan dan minuman dalam negeri. Salah satunya, memberi alternatif ketersediaan bahan baku gula rafinasi untuk industri dalam negeri.

"Bahan baku gula rafinasi ini masuk dalam sensitive list, jadi tidak nol persen tarifnya, tapi diturunkan. Harga produk juga pasti akan berpengaruh ketika kita impor dari Australia," kata Adhi.

(Baca: Pemilu, Industri Air Minum Dalam Kemasan Ditaksir Tumbuh Dobel Digit)

Tidak hanya gula rafinasi,menurutnya  industri makanan dan minuman nasional membutuhkan beberapa bahan baku lain dari Australia, seperti terigu, gandum, garam, biji-bijian, buah, susu dan daging sapi.

Dengan adanya CEPA antara Indonesia-Australia, Adhi berharap akan terbentuk sebuah rantai pasok global industri makanan dan minuman, di mana Indonesia mampu meningkatkan nilai tambah dari bahan baku impor asal Australia, yang nantinya diperdagangkan kembali ke Australia dan mitra dagangnya.

"Memang ini tidak instan, membutuhkan waktu dan bantuan misalnya transfer teknologi dan inovasi," ujar Adhi.

Reporter: Antara