Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) angkat bicara terhadap isu penutupan gerai retail seperti yang belum lama dialami Hero Grup dan perusahaan retail asal Thailand Central Department Store. Mereka menilai efisiensi melalui penutupan merupakan hal yang wajar di lingkup industri retail untuk menjaga kesehatan finansial perusahaan.
Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta menyebutkan umumnya salah satu alasan peretail menutup gerainya karena lokasi yang tidak menjanjikan. "Kalau tidak efisiensi, toko yang tidak sehat bakal mempengaruhi kepada toko yang sehat," kata Tutum di Jakarta, Rabu (16/1).
Selain itu, dia pun mengakui situasi ekonomi memang sedang lesu secara global dan domestik. Sehingga, perusahaan retail harus melakukan strategi yang tepat dalam menjalankan bisnis. Jika situasi membaik, perusahaan retail nantinya biasanya akan kembali membuka gerai baru.
Bahkan, Tutum menyebutkan ada penutupan gerai sebanyak 400 unit pada tahun 2018, tetapi hal itu juga diimbangi dengan pembukaan 500 unit gerai baru.
(Baca: Gelar Diskon Besar Sebelum Tutup Gerai, Omzet Central Neo Soho Melesat)
Meski begitu, Aprindo mengingatkan perusahaan retail supaya melakukan strategi yang lebih tepat untuk bisnis ke depan. Sebab, pola konsumsi masyarakat juga berubah dengan kemajuan teknologi.
Dia pun menekankan, perlakuan bisnis retail untuk pakaian berbeda dengan retail untuk makanan. Diferensiasi bisnis itu juga berbeda dengan retail elektronik. "Sehingga harus ada usaha untuk penyesuaian metode dengan teknologi digital," katanya.
Sebelumnya, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) menyatakan menutup 26 gerainya dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 532 karyawan. Langkah tersebut akhirnya ditempuh, sebagai upaya efisiensi akibat menurunnya penjualan HERO sepanjang 2018.
Corporate Affairs General Manager Hero Tony Mampuk menjelaskan HERO mengalami penurunan total penjualan sebesar 1% hingga kuartal III 2018 menjadi Rp 9,94 triliun, dibanding periode yang sama 2017 sebesar Rp 9,96 triliun. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penjualan bisnis makanan yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Meskipun untuk bisnis nonmakanan diakuinya tetap menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Sedangkan pada kuartal III 2018, penjualan bisnis makanan juga diketahui turun 6% yang mengakibatkan kerugian operasi sebesar Rp 163 miliar, lebih tinggi dibanding kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 79 miliar.
(Baca: Penjualan Lesu, Hero Tutup 26 Gerai dan PHK 532 Karyawan )
Karenanya, keputusan penutupan gerai dan efisiensi karyawan pada divisi food business dinilai perusahaan sebagai langkah terbaik untuk menjaga laju bisnis. Sebab, tantangan di bisnis makanan merupakan salah satu masalah yang harus dibenahi pada 2019.
(Baca: Bos Carrefour Chairul Tanjung Tanggapi Penutupan Banyak Gerai Retail)
Mengutip situs resmi perusahaan, Central Department Store mengumumkan rencana penutupan gerai di Neo Soho dengan menggelar diskon besar-besaran hingga 90%. Central Department Store bahkan menggelar promo buy 1 get 1 dengan produk baru setiap minggunya. Promo itu digelar pada periode 14 Januari hingga 17 Februari 2019.
Dikonfirmasi secara terpisah, Public Relations Department Manager PT Central Retail Indonesia, Dimas Wisnu Wardana membenarkan perihal rencana penutupan gerai tersebut. "Penutupan gerai berlaku efektif setelah program diskon berakhir, per 18 Februari 2019," katanya kepada Katadata.co.id via sambungan telepon, Selasa (15/1).
Dia juga mengatakan sejak Central Neo Soho beroperasi pihaknya telah berupaya agar gerai kedua tersebut dapat berkembang dengan hasil maksimal baik dari segi bisnis maupun komersial. "Namun, kami mengamati tren belanja konsumen mulai bergeser kepada sistem yang lebih cepat dan efisien," ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut, maka perusahaan memutuskan untuk menutup gerai Central Neo Soho dan memusatkan segala sumber daya perusahaan ke flagship store di Central Department Store yang berlokasi Grand Indonesia.