Indonesia Cetak Transaksi Rp 1,67 T pada Pameran Dagang Intra-Afrika

Kopi Gayo KATADATA | Donang Wahyu
Ilustrasi pameran produk kopi. Kopi gayo merupakan salah satu produk khas Indonesia yang banyak diminati .(Katadata/Donang Wahyu)
Penulis: Ekarina
21/12/2018, 13.38 WIB

Indonesia mencatat potensi transaksi perdagangan sebesar US$115,4 juta atau sekitar Rp1,67 triliun pada Pameran Dagang Intra-Afrika (IATF) di Kairo, Mesir.  Pencapaian tersebut, melebihi  target yang ditetapkan sebelumnya yakni sekitar Rp1,4 triliun.

Duta Besar Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi menyebut, sejumlah komoditas Indonesia cukup diminati "Menurut saya perolehan ini membuktikan bahwa arahan pemerintah agar melihat potensi pasar di Afrika sudah tepat," ujar Duta Besar Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi melalui keterangan resmi, Kamis (21/12).

(Baca: Misi Dagang ke Arab Saudi Catat Potensi Transaksi Rp 203 Miliar)

Capaian tersebut juga jauh lebih besar dibanding  transaksi dagang dalam Indonesia Expo 2017 di Mesir yang hanya menorehkan angka perdagangan sekitar Rp 391 miliar.

"Peningkatan potensi transaksi ini menunjukkan produk kita semakin diminati pasar Mesir dan Afrika. Momentum ini harus terus kita manfaatkan. KBRI Cairo siap membantu menyukseskan agenda pemerintah agar produk Indonesia bisa menguasai pasar Afrika," katanya.

(Baca: Indonesia Cetak Transaksi Rp 69,5 T pada Pameran Dagang di Tiongkok)

Pada kegiatan yang berlangsung pada 11-17 Desember ini diikuti oleh tiga BUMN, 12 perusahaan swasta, dan satu institusi keuangan nasional.

Perusahaan tersebut antara lain berasal dari industri penghasil ataupun eksportir komoditas utama perkebunan seperti kopi, kelapa sawit, rempah, pupuk, pelumas kendaraan hingga kapal karet berteknologi tinggi.

Sementara itu BUMN yang berpartisipasi yaitu PTPN III Holding (Persero), PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, dan PT Pertamina Lubricants.

Selain Afrika, potensi transaksi dagang juga dicatat pada pameran perdagangan di Arab Saudi. Kegiatan promosi yang dilaksanakan di kota Jeddah, Arab Saudi pada 28 November hingga 1 Desember 2018 yang bertujuan untuk memperkuat pasar ekspor di Timur Tengah itu mencatat potensi transaksi sebesar US$ 14,02 juta atau setara Rp 203 miliar.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda membawa 90 peserta yang terdiri dari pemerintah dan pengusaha swasta dengan lini bisnis antara lain minyak sawitdan turunannya, makanan dan minuman, tuna, karoseri bus, alat tulis, domba hidup, kemasanfilm, fesyen muslim, furnitur, bumbu dan rempah, kopi, kayu gaharu, serta aromaterapi.

"Misi dagang ini diharapkan bisa menjadi peluang untuk pengusaha nasional dalam membangun jejaring bisnis di luar negeri," kata Arlinda dalam keterangan resmi, Jumat (7/12).

(Baca: Mengincar Rp 77,8 Triliun dari Trade Expo Indonesia)

Misi dagang kali ini juga disediakan kegiatan forum bisnis yang dihadiri lebih dari 250 pelaku usaha Indonesia dan Arab Saudi. Selain itu ada pula kegiatan business matching yang mempertemukan pelaku usaha Indonesia dengan Arab Saudi serta Indonesia Expo 2018 untuk memamerkan produk nasional di sana.

Arlinda mengungkapkan, besarnya jamaah haji dan umrah Indonesia di Arab Saudi memberi peluang besar untuk akses pasar produk nasional. "Kami harap misi dagang dapat meningkatkan nilai perdagangan antarnegara dan memperoleh akses pasar yang lebih luas," ujarnya.

Reporter: Antara