Kementerian Perindustrian mencatat investasi sektor industri sepanjang 2018 sebesar Rp 226,18 triliun. Angka ini menurun 18,7% dari capaian tahun lalu yang sebesar Rp 274,8 triliun dan lebih rendah 32,5% dari 2016 yang tercatat sebesar Rp 335,8 triliun.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan di tengah situasi perekonomian global yang tak menentu, pemerintah mencoba terus melihat peluang dan menarik investasi sektor industri. "Adanya perang dagang membawa peluang, beberapa perusahaan menyatakan minat investasi di Indonesia," kata Airlangga di Jakarta, Rabu (19/12).
(Baca: Tangani Impor, Pemerintah Dihadapkan pada Sejumlah Pekerjaan Rumah)
Airlangga menyatakan, Indonesia masih memiliki daya tarik bagi investor dan menjadi negara tujuan utama untuk berinvestasi. Contohnya pada beberapa produsen otomotif dari Korea dan Jerman pernah menyatakan minat, serta sektor telekomunikasi yang bahkan siap merealisasikan investasinya untuk membangun basis produksi perangkat ponsel pintar di Batam.
Adapun dari nilai investasi sepanjang tahun ini, industri barang logam, komputer, barang elektronika, mesin, dan perlengkapan tercatat berhasil menarik investasi sebesar Rp 58,2 triliun, diikuti industri makanan dan minuman Rp 56,2 triliun; kimia Rp 48,69 triliun; alat angkutan Rp 17,44 triliun, serta tekstil dan pakaian jadi Rp 8,75 triliun.
Kementerian Perindustrian juga tengah mendorong investasi pabrik olefin dari metahanol berkapasitas 2 juta ton per tahun di Papua Barat senilai US$ 2,6 miliar yang dijadwalkan beroperasi tahun 2021. Selain itu, investasi di industri kimia juga diramaikan oleh investasi Chandra Asri Petrochemical dan Lotte Chemical yang akan mulai direalisasikan pada 2019 hingga 2023 dengan kapasitas produksi naphtha cracker sebesar 4,5 juta ton.
Dengan investasi industri ini, jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap adalah sekitar sebanyak 18 juta orang. Jumlah tersebut naik 17,4% dibanding 2015 yang mencapai 15,54 juta orang.
(Baca: Lapor Jokowi, Luhut Siap Sambut Investasi Pegatron di Indonesia)
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman menjelaskan pemerintah perlu mendorong tumbuhnya industri nonekstraktif. Sehingga, diversifikasi ekspor bakal berkembang secara global.
Salah satu kunci pertumbuhan industri, yakni bisa dirangsang melalui investasi langsung untuk sektor padat karya. "Arus modal yang masuk melalui investasi langsung dapat mendorong stabilitas perekonomian ke arah yang lebih baik," ujar Assyfa.
Dengan perbaikan iklim investasi yang lebih kondusif, bakal memicu Ease of Doing Business (EODB) yang lebih menarik. Revisi daftar negatif investasi juga diharapkan dapat memperluas peluang masuknya arus investasi.