Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menargetkan pertumbuhan industri manufaktur 2019 bisa mencapai sebesar 5,4%. Angka tersebut tumbuh melambat dibandingkan dengan target yang ditetapkan tahun ini sebesar 5,6% sejalan dengan kondisi ketidakpastian ekonomi dunia.
Airlangga mengatakan kondisi perekonomian global saat ini yang dibayangi perang dagang akan turut mempengaruhi pertumbuhan industri manufaktur tahun depan. "Kita harus bisa menerima realitas baru dalam situasi ekonomi yang baru," kata dia di Jakarta, Rabu (19/12).
(Baca: Dampak Perang Dagang, Produsen Korea dan Tiongkok Lirik Indonesia)
Oleh karena itu, target pertumbuhan industri tahun depan diprediksi melambat daripada 2018 yang ditaksir mencapai 5,6%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi hingga triwulan III 2018 hanya sebesar 4,24%.
Meski terjadi perubahan secara global, Indonesia masih menempati peringkat lima besar dalam nilai tambah manufaktur. Selain itu, industri manufaktur tetap menajadi andalan penyumbang pertumbuhan ekonomi dengan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sebesar 19%-20%.
Airlangga mengungkapkan, di tengah ketidakpastian situasi perekonomian dunia saat ini tak banyak negara yang bisa mencatat pertumbuhan industri hingga dua digit dan berkontribusi terhadap PDB di atas 17%. Posisi Indonesia bahkan diklaim lebih unggul dibandingkan Amerika Serikat dan Inggris.
Airlangga pun membantah isu pelemehan industri jika dibandingkan dengan 15 tahun lalu. "Sekarang PDB saja sudah mencapai Rp 1.000 triliun, tidak bisa disamakan dengan dulu yang mungkin hanya seperlimanya," ujarnya.
(Baca: Babak Baru Perang Dagang AS vs Tiongkok, Siapa Buntung?)
Untuk menopang pertumbuhan industri tahun depan, pemerintah masih mengandalkan lima subsektor industri yaitu industri makanan dan minuman, mesin, tekstil dan pakaian jadi, kulit, serta barang logam, komputer, dan barang elektronik.
Kementerian Perindustrian juga memproyeksi pertumbuhan industri makanan dan minuman pada 2019 tumbuh 9,86%, mesin 7%, tekstil dan pakaian jadi 5,61%, kulit barang dari kulit dan alas kaki 5,40%, serta barang logam, komputer, dan barang elektronika 3,81%. Solusinya dengan menggalakkan program industri 4.0.
Menanggapi target pertunbuhan industri tahun depan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengungkapkan pemerintah seharusnya menjaring investasi untuk pertumbuhan industri.
"Harusnya kebijakan yang menarik investasi semakin jelas sehingga produksi dalam negeri semakin kompetitif," kata Benny.
Dengan begitu, industri dalam negeri bisa lebih bersaing dengan industri manufaktur luar.