Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya mencapai sebesar 5,2%, sedikit di bawah target pertumbuhan yang dicanangkan pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 sebesar 5,3%.
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, pada 2019 pengusaha melihat sejumlah hal masih akan membayangi kondisi perekonomian dalam negeri. Salah satunya terkait dampak lanjutan gejolak perekonomian luar negeri seperti ancaman perang dagang.
Kondisi itu dikhawatirkan bisa memberi dampak lanjutan misalnya kepada fluktuasi nilai tukar yang bisa berdampak signifikan terhadap ekspansi dunia usaha. "Karena itu Apindo memperoyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,2% dengan berlandaskan prinsip kehati-hatian dunia usaha, khususnya dalam mengantisipasi potensi kelanjutan gejolak eksternal," ujar Hariyadi dalam keterangan tertulis, Rabu (5/12).
(Baca: Menko Darmin Sebut Ekonomi Kuartal IV Bisa Kurang dari 5,1%)
Meski demikian kalangan pengusaha menurutnya cukup mengapresiasi kinerja pertumbuhan ekonomi tahun ini meski kenaikannya tak terlalu besar disertai tingkat inflasi yang masih dalam batas yang dapat ditoleransi.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis inflasi bulanan sebesar 0,27% pada November 2018, di atas hasil survei Bank Indonesia (BI) 0,18%, meskipun lebih rendah dibandingkan realisasi Oktober yang sebesar 0,28%. Penyumbang utama inflasi dari kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yaitu sebesar 0,10%.
“Angkutan udara dan beberapa bahan makanan itu penyebab utama inflasi (November lalu)," kata Kepala BPS Suhariyanto saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin (3/12). Dengan perkembangan tersebut, inflasi sepanjang Januari-November (year to date) sebesar 2,50%, sedangkan secara tahunan (year on year) sebesar 3,23%.
(Baca juga: Banyak Acara Pemerintah, Inflasi November 0,27% Terkerek Tiket Pesawat)
Dia menjelaskan, kenaikan tarif angkutan udara memiliki andil inflasi sebesar 0,05%. Sementara itu, andil inflasi dari kenaikan harga bensin sebesar 0,02%, dan kenaikan pulsa untuk paket internet menyumbang 0,01%. Alhasil, kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang inflasi terbesar pada November.
Sedangkan dari kelompok bahan pangan, terjadi kenaikan tipis harga beras sehingga menyumbang inflasi sebesar 0,03%. Harga bawang merah juga mengalami kenaikan dan berkontribusi pada inflasi 0,04%.
Namun, beberapa bahan pangan lainnya tercatat mengalami penurunan harga. Cabai merah menyumbang deflasi 0,04%. Kemudian, daging ayam ras, buah, dan minyak goreng menyumbang deflasi 0,01%. "Harga lebih terkendali meski mendekati akhir tahun," kata dia.