BPS Peringatkan Ada Indikasi Lonjakan Harga Beras pada Desember

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Sejumlah calon pembeli memilih beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Senin (7/8). Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai kenaikan harga beras pada Desember karena ada potensi peningkatan permintaan jelang Natal dan Tahun Baru.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
3/12/2018, 20.52 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan terkait adanya potensi lonjakan harga beras pada Desember seiring tingginya permintaan jelang Natal dan Tahun Baru. Kenaikan harga gabah dan beras sebelumnya telah tercatat pada bulan November.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, menurut data BPS harga beras medium mengalami kenaikan 2,22% dan harga beras premium meningkat 1,3% pada November. Harga beras medium berubah dari Rp 9.395 per kilogram menjadi R p9.604 per kilogram dan beras premium dari Rp 9.645 per kilogram menjadi Rp 9.771 per kilogram.

Kenaikan harga beras ini mulai mengkhawatirkan meski tak berbeda jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Harga mulai akan naik tajam pada bulan Desember 2018," kata Suhariyanto di Jakarta, Senin (3/12).

(Baca: Tekan Kenaikan Harga Beras, Bulog Diperintahkan Gencar Operasi Pasar)

BPS juga mencatat harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan 3,64%, dari Rp 4.937 per kilogram menjadi Rp 5.116 per kilogram. Harga gabah kering giling (GKG) tingkat petani pun naik 3,28%, dari Rp 5.467 per kilogram menjadi Rp 5.646 per kilogram.

Selain itu, harga GKP di tingkat penggilingan juga naik 3,43%, dari Rp5.039 per kilogram menjadi Rp5.212 per kilogram. Kemudian, harga GKG di tingkat penggilingan ikut melonjak 3,34%, dari Rp 5.568 per kilogram menjadi Rp 5.754 per kilogram.

Secara keseluruhan, rata-rata perubahan harga gabah petani tercatat sebesar 3,64%, beras di penggilingan 2,22%, beras grosir 0,73%, serta beras eceran 0,70% pada November dibandingkan dengan Oktober. "Biasanya selalu terjadi kenaikan harga gabah karena sudah memasuki musim tanam," ujar Suhariyanto.

Dia juga menyebutkan kenaikan harga menjadi tanda yang positif bagi petani. Hal itu terlihat dari nilai tukar petani tanaman pangan yang meningkat 1,37% dari 104,80 per Oktober menjadi 106,23 pada November.

Sinyalemen kenaikan harga beras di pasar sebelumnya sudah coba diantisipasi pemerintah dengah menggelar operasi pasar. 

 (Baca: Lewat Operasi Pasar, Bulog Targetkan Harga Beras Turun dalam 2 Pekan)

Melalui Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) yang digelar di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah meminta Perum Bulog menggelar operasi pasar yang lebih masif untuk menurunkan harga beras yang terus merangkak naik di pasar.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan yang hadir mewakili Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam Rakortas menyatakan harga yang tinggi harus diredam dengan operasi pasar. "Namun ada kendala penetrasi yang harus terselesaikan," kata Oke di Jakarta, Selasa (27/11). 

Dia pun menjelaskan Bulog bakal mengatur mekanisme pendistribusian beras untuk bisa menekan harga. Penetrasi pasar menggunakan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang ada di gudang Bulog.

Menurutnya, stok beras di gudang Bulog saat ini mencukupi untuk menggelar operasi pasar sebesar 15 ribu ton per hari. Apalagi, Bulog sudah mengimpor beras sebanyak 1,8 juta ton atas penugasan pemerintah untuk dijadikan CBP.

Karenanya, dengan stok CBP di gudang Bulog ditambah penyerapan dalam negeri yang mencapai 1,48 juta ton, maka menurutnya jumlahnya itu dinilai cukup untuk mengintensifkan kegiatan operasi pasar.

Reporter: Michael Reily