Ketua Umum Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) Bambang Soepijanto mengungkapkan pihaknya siap membuka pasar baru untuk ekspor kayu lapis nasional. Hal itu dilakukan sebagai upaya kembali menggairahkan industri kayu sebagai komoditas ekspor andalan Indonesia.
Bambang mengatakan kebutuhan dunia terhadap produk kayu lapis tidak akan terus meningkat, sebab komoditas tersebut merupakan satu produk bahan bangunan yang paling ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui.
"Kita perlu untuk membuka pasar baru selain menjaga pasar yang sudah ada saat ini seperti di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa," katanya melalui keterangan tertulis, dilansir dari Antara Rabu (28/11).
(Baca: Pelonggaran DNI, Pengusaha Kayu Tak Gentar Bersaing dengan Asing)
Tahun ini ekspor produk kayu lapis diperkirakan mencapai 3 juta meter kubik dengan nilai ekspor sekitar US$ 1,9 miliar. Jika dibandingkan dengan masa keemasannya 20 tahun lalu, catatan tersebut turun 45% dari sisi nilai dan 63% dari sisi volume.
Penyebabnya adalah daya saing kayu panel yang merosot akibat kenaikan biaya produksi. Ditambah lagi, industri kayu lapis harus menambah lebih dari 50% ekstra modal kerja akibat harus menanggung PPN atas kayu bulat yang proses restitusinya sulit dan lama sehingga dapat mengganggu arus kas perusahaan.
Persoalan lainnya , menuurt Bambang adalah mesin produksi yang kebanyakan sudah tua sehingga tidak efisien.
(Baca: Hanya 7 Sektor Baru Dibuka untuk Asing, Puluhan Bidang Diperlonggar)
Karenanya, pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong industri kayu lapis agar bisa kembali ke masa keemasan. "Saat ini adalah momentum untuk mengembalikan masa kejayaan industri kayu lapis," katanya.
Dia mengajak seluruh pelaku industri kayu lapis untuk melakukan perubahan. Misalnya, perubahan penggunaan bahan baku dari kayu hutan alam ke kayu tanaman terutama kayu sengon; perubahan skala industri dari industri skala besar ke industri skala kecil menengah; perubahan mesin produksi dari rotary spindle besar ke rotary tanpa spindle (spindleless); serta perubahan jenis produk dari raw plywood ke special item (kualitas tinggi).
Untuk menggairahkan industri kayu lapis, Bambang juga menyatakan akan memperkuat komunikasi dengan pemerintah.