Rintis Kerja Sama Dagang dengan Aljazair, RI Incar Pasar Ekspor CPO

Katadata
Aktivitas pelabuhan ekspor.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
10/11/2018, 08.00 WIB

Kementerian Perdagangan bakal mengunjungi Aljazair pada pekan depan untuk melakukan pendekatan dagang. Langkah ini dianggap berani karena negara tersebut bukan anggota World Trade Organization (WTO). Alhasil, ketika terjadi sengketa dagang dengan Aljazair, Indonesia tidak bisa menempuh jalur penyelesaian melalui forum WTO.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan banyak pihak yang takut melakukan perdagangan dengan Aljazair. " Tapi harus kita manfaatkan karena potensinya besar," kata Enggar di Jakarta, Jumat (9/11).

(Baca: Mitra Dagang Tradisional Indonesia Bukan Lagi Pasar Ekspor Potensial)

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Arlinda pun menjelaskan Aljazair merupakan salah satu pasar non-tradisional potensial di Afrika. 

Namun,  pelaku usaha tetap harus memperhatikan terkait statusya yang bukan merupakan anggota WTO. "Kami sudah berikan peringatan kepada dunia usaha kalau ada sengketa tidak bisa selesai di WTO," ujar Arlinda.

(Baca juga: Kemendag Targetkan 68 Kontrak Dagang pada Trade Expo)

Aljazair menjadi pasar potensial untuk produk asal Indonesia.  Sejumlah komoditas yang akan dibawa pemerintah dalam misi dagang ke sana adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan produk makanan minuman.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, total perdagangan Indonesia dan Aljazair tahun 2017 mencapai US$ 519,77 juta dengan nilai ekspor US$ 206,99 juta dan nilai impor US$ 312,83 juta. Alhasil, Indonesia masih defisit sebesar US$ 105,88 juta.

Reporter: Michael Reily