Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memfasilitasi pertemuan bisnis antara pelaku usaha Indonesia dan Bosnia Herzegovina. Pendekatan itu dilakukan untuk mengejar potensi Bosnia Herzegovina sebagai jalur penghubung pasar Indonesia ke negara-negara kawasaan Eropa Timur.

"Meskipun penduduknya hanya 4 juta orang, tetapi wilayahnya berpotensi besar karena menjadi hub untuk Eropa Timur sebagai bekas pecahan negara Yugoslavia," kata Enggar di Tangerang, Jumat (26/10).

Enggar menyebut beberapa komoditas Indonesia yang  potensial dipasarkan untuk memenuhi permintaan Bosnia Herzegovina di antaranya minyak kelapa sawit (CPO), mi instan, ikan dan hasil pengolahan ikan. 

(Baca: Mendag Percepat Perundingan Perjanjian Dagang Kawasan Bebas Eropa)

Untuk produk ikan, Bosnia Herzegovina bahkan telah berkomitmen untuk mengimpor 12 ton ikan segar setiap bulan dengan nilai ekspor sebesar US$ 100 ribu. Lebih jauh lagi, Indonesia pun  meminta Bosnia Herzegovina berinvestasi di sektor pengolahan garam tambang di Nusa Tenggara Timur.

Duta Besar Indonesia untuk Bosnia Herzegovina Amelia Achmad Yani mengungkapkan Indonesia juga bisa mendatangkan turis dari Eropa Timur melalui pengenalan lebih dekat. Saat ini, jumlah pengunjung dari Bosnia Herzegovina di Indonesia baru sekitar seribu orang. Dengan begitu, ada potensi peningkatan hingga 40% pada tahun depan melalui kerja sama yang dijalin kedua negara. "Meskipun kecil, Bosnia bisa membuka jalan," ujar Amelia.

 Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Investasi, Yunni Indrani Widjaja pun mengungkap hal senada. Menurutnya, pengusaha harus bisa memanfaatkan segala peluang untuk mengakses pasar ke sana. Namun demikian, pengusaha tetap meminta kemudahan seperti penurunan bea keluar bahan baku produk mi instan.

Industri makanan asal Indonesia, yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), telah  sudah memiliki pabrik di Serbia. Sehingga, untuk bea keluar untuk bahan baku ke Serbia harusnya bisa lebih rendah supaya harga jual produk mi instan ke Bosnia Herzegovina lebih terjangkau. 

(Baca : Negosiasi Panjang Perjanjian Dagang RI-Australia Akhirnya Rampung)

Yunni juga  mengungkapkan bahwa pihak Bosnia Herzegovina berminat untuk mengekspor produk senjata. Kadin pun mengusulkam agar kerja sama dilebih di arahkan ke skema business to business melalui  PT Pindad (Persero).

Sedangkan untuk investasi garam, dia mengungkapkan pihak Bosnia Herzegovina meminta Indonesia untuk mengimpor garam berkualitasnya tinggi. Namun, konsekuensinya harganya jauh lebih mahal karena ongkos logistik yang besar.

Oleh karena itu, investasi di Indonesia juga bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kerja sama ke dua negara. "Bosnia Herzegovina juga bisa melakukan transfer teknologi yang canggih kepada Indonesia," kata Yunni.

Reporter: Michael Reily