Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kalangan dunia usaha dan jajarannya untuk menjadikan perang dagang dunia saat ini sebagai sebuah peluang yang harus digunakan sebaik mungkin untuk meningkatkan ekspor. Sebab, akan ada pasar yang ditinggalkan dari memanasnya hubungan dagang dua negara yang berseteru.
Seperti diketahui sebelumnya, hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terus memanas. Kedua negara kerap melakukan aksi balas dengan mengenakan tarif impor atas komoditas ekspor masing-masing negara.
Oleh sebab itu, dampak perang dagang ini membuka peluang yang harus digunakan semaksimal mungkin untuk memacu ekspor. "Ini adalah peluang dan harus digunakan sebaik mungkin," kata Jokowi dalam pidato pembukaan Trade Expo Indonesia di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Tangerang Selatan, Rabu (24/10).
(Baca: Kemendag Targetkan 68 Kontrak Dagang pada Pameran TEI)
Jokowi juga mengingatkan Kementerian Perdagangan untuk memperluas ekspor ke pasar non tradisional seperti Afrika. Sementara kawasan lain yang perlu terus diperkuat adalah Asia Tenggara. Menurut Presiden, meskipun dekat, kawasan ini kurang mendapat perhatian dengan baik. "Sehingga (kalau) ekspor naik dan neraca perdagangan surplus," kata dia.
Jokowi pun mengapresiasi capaian neraca perdagangan selama Agustus 2018 yang mencatat surplus US$ 230 juta. Namun, dia juga mencatat defisit transaksi berjalan masih sebesar US$ 17,3 miliar. Oleh sebab itu usaha memangkas defisit seperti memperluas pasar ekspor perlu digenjot.
"Caranya ya dengan memperbesar ekspor dibanding impor," ujar dia.
Menurutnya, pemerintah akan berupaya mendorong ekspor melalui pemberian insentif. Meski demikian, mantan Gubernur DKI tersebut juga meminta pelaku usaha terus berinovasi dengan memperbarui produk dan kemasan agar menarik secara promosi.
"Apalagi kita sudah masuk revolusi industri 4.0. Semua harus berubah," katanya.
Kontrak Dagang
Trade Expo Indonesia merupkan pameran dagang berskala internasional Indonesia yang bertujuan untuk mendorong potensi perdagangan ekspor. Pameran juga bisa dijadikan ajang pertemuan antara penjual dan pembeli barang yang dapat dilanjutkan dalam skema kontrak dagang berskala lebih besar.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan Trade Expo Indonesia 2018 ditargetkan menjaring hingga 28 ribu pengunjung dari 125 negara. "Sedangkan tahun lalu pengunjungnya 27.711 orang dari 117 negara," kata dia.
(Baca juga: Sinyalemen Tak Tercapainya Pertumbuhan Target Ekspor)
Dia pun memperkirakan total nilai kontrak dagang yang bisa dicapai melalui TEI sebesar US$ 5,19 miliar. Jumlah ini terdiri dari transaksi perdagangan US$ 513,97 juta dan investasi sekitar US$ 4,68 miliar. Nilai ini diyakini terus bertambah setelah pameran berakhir.
Hingga 23 Oktober 2018, Kemendag mencatat sudah terdapat 8.313 pembeli dari 124 negara. Sepuluh negara dengan jumlah pembeli terbanyak selain Indonesia adalah Nigeria, Malaysia, Tiongkok, Jepang, India, Arab Saudi, Thailand, Australia, Afghanistan, dan Pakistan.
Selain itu, sampai dengan 22 Oktober 2018 ada 7.127 permintaan atas produk Indonesia yang dipamerkan dalam TEI. Produk yang paling laris adalah makanan dan minuman, fesyen dan gaya hidup, produk kecantikan, manufaktur dan jasa, furnitur, serta perabotan.