Neraca Dagang Surplus, Sri Mulyani Sebut Impor RI Masih Tinggi

Arief Kamaludin|Katadata
Editor: Ekarina
15/10/2018, 15.39 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut baik surplus neraca perdagangan September 2018 sebesar US$ 230 juta. Meski demikian, dia juga  menyoroti realisasi impor yang menurutnya masih terlalu tinggi.

Sri Mulyani menyebut impor Indoensia secara year on year masih tumbuh sebesar 14,6% jika dibandingkan dengan periode September tahun lalu yang hanya US$ 12,7 miliar.  Sedangkan mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor periode September 2018 sebesar US$ 14,6 miliar sebenarnya menurun 13,18% periode Agustus sebesar US$ 16,1 miliar.  

"Impor walaupun pertumbuhannya turun, tapi secara tahunan masih tumbuh 14% itu masih terlalu tinggi," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (15/10).

(Baca: Impor Mengecil, Neraca Dagang September Surplus US$ 230 Juta)

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini berharap dengan adanya kebijakan seperti mandatori biodiesel 20%  (B20) dapat mempercepat penurunan impor. Apalagi menurutnya neraca minyak dan gas bumi masih negatif.

"Tentu berharap dengan B20 bisa menurunkan konsumsi (impor bbm), sehingga nanti akhir tahun bisa tercapai (neraca) positif," katanya.

Meski demikian dia juga menyebut neraca perdagangan ekspor pelan-pelan mulai menunjukkan tren positif. Oleh sebab itu Sri Mulyani berharap industri manufaktur dapat mempercepat pertumbuhannya agar dapat memacu kinerja ekspor ke depan.

Halaman:
Reporter: Ameidyo Daud Nasution