Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri mainan mengadopsi teknologi untuk menggenjot produksi dan meningkatkan ekspor. Nilai produksi mainan di Indonesia mencapai Rp 10,7 triliun dan menyerap 23.116 tenaga kerja sepanjang 2017.
Dengan menyerap investasi sebesar Rp 410 miliar, nilai ekspor mainan Indonesia mencapai US$ 302,42 juta atau naik hampir 12% secara tahunan (year on year/yoy) sepanjang 2017. Jumlah tersebut lebih tinggi dibanding impor mainan pada tahun yang sama, sebesar US$ 140,9 juta.
"Industri ini adalah andalan untuk ekspor dan kami mendorong industri ini menjadi pionir revolusi 4.0," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat peluncuran Barbie Batik Kirana di Plaza Indonesia, Jakarta, Selasa (2/10).
(Baca juga: Gandeng Mattel, Batik Iwan Tirta Akan Dipakai Boneka Barbie)
Dalam hal ini, Kemenperin menjadikan produsen Barbie, PT Mattel Indonesia sebagai lighthouse project untuk sektor mainan, supaya perusahaan lainnya mengadopsi teknologi. "Saya optimistis dengan implementasi industri 4.0 di tingkat perusahaan dimulai dari Mattel, maka Indonesia dapat mencapai 10 besar ekonomi global pada 2030," ujar dia.
Untuk mendorong ekspor, pemerintah merilis beberapa kebijakan. Antara lain memberikan insentif fiskal seperti Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) lewat pendidikan vokasi. Hal ini bertujuan supaya ekspor Indonesia berkontribusi 10% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Pemerintah juga meluncurkan program Making Indonesia 4.0 supaya industri nasional supaya lebih berdaya saing. Setidaknya ada 10 agenda prioritas yang disiapkan pemerintah, yakni perbaikan alur suplai material; mendesain ulang zona industri; pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM); membangun infrastruktur digital; menarik investasi asing; meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM); membentuk ekosistem inovasi; menerapkan insentif investasi teknologi; serta, harmonisasi aturan dan kebijakan.
Pada kesempatan itu, Country Manager Mattel Southeast Asia Ivan Franko mengakui, gim online mulai diminati banyak orang. Namun, ia optimistis mainan konvensional seperti Barbie tetap memiliki tempat tersendiri di hati konsumennya. "Barbie memberikan pengalaman yang private bagi anak-anak," kata dia.
(Baca juga: Pabrik Mattel di Bekasi Pasok 60% Boneka Barbie untuk Pasar Global)
Meski begitu, ia memandang perlu ada omnichannel seperti menyediakan produk Barbie yang digunakan secara online. Mattel pun sudah menyediakan produk online, seperti Barbie Games.
Adapun Mattel Indonesia sudah beroperasi sejak 1992, dengan mempekerjakan sekitar 10 ribu orang. Mattel Indonesia berkontribusi 60% terhadap kebutuhan global. Alhasil, nilai ekspor Mattel Indonesia mencapai US$ 150 juta selama lima tahun terakhir.