Kemendag Sebut Stabilisasi Harga Picu Deflasi September 0,18%

Arief Kamaludin | KATADATA
Pedagang sayur mayur di Kawasan Pasar Rumput, Jakarta, Rabu, (21/01).
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
2/10/2018, 10.23 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,18% pada September 2018. Menurut Kementerian Perdagangan,  capaian tersebut salah satunya disebababkan oleh stabilitas harga pangan yang diklaim berhasil dikendalikan pemerintah. 

“Ketersediaan pasokan yang cukup dan keberhasilan pengendalian harga pangan oleh pemerintah tercermin dari capaian ini,” kata Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan kepada Katadata, Senin (1/10).

Dia pun menyioroti volatile food yang mengalami deflasi sebesar 1,83%, inflasi inti 0,28%, dan administered price stabil 0%.

(Baca : BPS: Harga Semua Jenis Beras Naik pada September 2018)

Selain daripasokan pangan, fakor daya beli masyarakat yang membaik  juga tercermin dari indikasi inflasi inti yang meningkat. Sementara itu, kemampuan pengendalian harga pangan oleh pemerintah juga tercermin dari inflasi kelompok pengeluaran bahan makanan yang memberi andil deflasi sebesar -0,35% dengan nilai deflasi sebesar -1,62%.

Kasan menyebut beberapa bahan makanan yang yang berkontribusi terhadap deflasi bulan September antara lain daging ayam ras deflasi sebesar 0,18% di antaranya bawang merah, ikan segar, telur, ayam ras, tomat, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih.

Menurutnya, penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh produksi yang cukup diiringi dengan turunnya permintaan. “Harga produk holtikultura terutama bawang merah dan cabai mengalami penurunan karena pasokannya mencukupi setelah musim panen,” ujar Kasan.

(Baca: Menjaga Ketahanan Pangan di 4 Tahun Politik)

Sementara itu Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyatakan hingga saat ini pengusaha masih menahan diri untuk menaikan harga jual barang. Namun, pada akhir tahun harga jual sejumlah barang diperkirakan mulai akan menglami kenaikan.

“Pengusaha tidak bisa terus menahan, bagus kalau ada deflasi, tetapi ke depan kami akan trennya tidak terus begini,” kata Shinta.

Menurutnya, pelamahan rupiah sudha berdampak terhdap beberapa beberapa jenis barang impor. Namun, Shinta mengaku kenaikannya belum signifikan sehingga belum bisa digeneralisir untuk semua harga barang. Sebab, pemerintah masih melakukan kontrol  terhadap lonjakan harga.

Sebelumnya. BPS mencatat terjadi deflasi 0,18% pada September 2018, melanjutkan deflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,05%. Alhasil, inflasi sepanjang Januari-September menjadi sebesar 1,94%, sedangkan secara tahunan (year on year) sebesar 2,88%. Deflasi pada September terutama dipicu oleh penurunan lebih lanjut harga bahan makanan.

“Menurut kelompok pengeluaran terjadi dua deflasi, yakni bahan makanan 1,62% dengan andilnya 0,35% dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan deflasi 0,05% dengan sumbangan 0,01%," kata Kepala BPS Suhariyanto.

Reporter: Michael Reily