Neraca perdagangan dalam negeri pada Juli 2018 diprediksi kembali mencatat defisit antara US$ 1 miliar hingga US$ 1,3 miliar. Defisit tersebut, salah satunya dipicu oleh meningkatnya impor migas seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia.
"Belakangan ini harga minyak dunia terus mengalami lonjakan, yakni berada di atas US$ 70 per barel salah satunya karena sentimen negatif global. Sehingga diperkirakan akan menyebakan impor migas membengkak," kata Pengamat Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Katadata, Rabu (15/8).
Selain itu, impor barang baku dan barang modal juga diperkirakan ikut menyumbang defisit neraca perdagangan bulan lalu seiring dengan aktivitas manufaktur yang sudah mulai kembali normal setelah libur panjang Lebaran. Adapun impor barang konsumsi juga diperkiarakan akan meningkat, meski jumlahnya tak signifikan seperti saat sebelum periode Lebaran.
(Baca : Neraca Dagang Juli Diprediksi Kembali Defisit)
Di sisi ekspor, Bhima juga melihat ada potensi pelemahan terutama pada beberapa komoditas unggulan, seperti minyak sawit dan karet. Perlambatan ekspor komoditas tersebut antara lain juga disebabkan oleh dampak perang dagang dan pengenaan tarif CPO oleh India. Di samping itu, ekspor Indonesia ke beberapa kawasan negara tradisional seperti Eropa dan Amerika juga terus menurun.
"Jika kondisinya akan seperti ini terus, maka hingga akhir tahun pertumbuhan ekspor sepertinya sulit menembus 8%," ujarnya.
Kementerian Perdagangan sebelumnya juga telah memperkirakan neraca perdagangan Juli 2018 akan kembali defisit. Perkiraan itu didasarkan pada tren penurunan perdagangan yang kerap terjadi setelah 6 bulan pertama, dalam 2 tahun terakhir.
(Baca : 3 Tahun Surplus, Neraca Dagang Semester I 2018 Defisit US$ 1 Miliar)
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Juli 2017 tercatat defisit US$ 280 juta setelah bulan sebelumnya surplus US$ 1,67 miliar. Sedangkan, pada 2016 surplus pada Juli menurun jadi US$ 630 juta dibandingkan dengan surplus Juni 2016 yang sebesar US$ 1,11 miliar.
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan prediksi tersebut berdasarkan pengamatan saat ini. “Berdasarkan itu, bulan Juli sepertinya akan kembali defisit,” kata Oke di Jakarta, Selasa (7/8).
Hari ini, BPS akan merilis data perkembangan ekspor-impor Juli 2018 di kantornya. BPS juga akan menyampaikan data terkait perkembangan Upah Pekerja/Buruh Juli 2018, dan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) 2017.
(Baca : Libur Lebaran, Neraca Dagang Juni 2018 Diprediksi Surplus US$ 600 Juta)