Pengusaha Rusia Minta RI Bangun Kantor Perwakilan Perdagangan Sawit

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di salah satu perkebunan kelapa sawit di Desa Delima Jaya, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
14/8/2018, 18.34 WIB

Pengusaha Rusia meminta  Indonesia membangun perwakilan perdagangan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Moskow, Rusia. Permintaan itu seiring dengan adanya peningkatan konsumsi CPO di wilayah Eropa Timur.

“Jika ada kantor representatif di Moskow, kita akan lebih mudah berkomunikasi," kata Direktur Eksekutif Fat and Oils Foods Producers and Consumers Association Rusia, Ekaterina Esterova, dalam keterangan resmi dari Rusia, dikutip Selasa (14/8).

Dia mengatakan, konsumsi minyak nabati di Rusia saat ini sebagian besar masih berasal minyak bunga matahari. Namun, dia mengakui minyak sawit paling sehat karena tidak mengandung lemak jenuh. Selain itu, harga jualnya yang relatif lebih murah menjadikan minyak sawit memiliki banyak peminat. 

(Baca : Permintaan Melemah, Ekspor Sawit Semester Pertama 2018 Turun 6%)

Esterova mengatakan pengusaha Rusia siap membantu kampanye sawit Indonesia di Rusia. Sebab, pihaknya melihat pertumbuhan konsumsi minyak sawit banyak terhambat oleh kampanye negatif di Eropa.

Dia mengungkapkan, sebanyak 615 ribu ton konsumsi sawit di Rusia berasal dari Indonesia. Padahal, impor CPO-nya mencapai 650 ribu ton. Sisanya, berasal dari Malaysia.

Menanggapi permintaan Rusia, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono pun menyambut baik usulan tersebit. "Kami akan sampaikan kepada pemerintah tentang perlunya menjaga pasar Rusia," kata Joko.

Sebelumnya, Rusia berkomitmen untuk membantu Indonesia melawan kampanye hitam atas produk minyak kelapa sawit yang dilakukan Uni Eropa. Kedua pihak sepakat untuk meningkatkan perdagangan komoditas pertanian, yakni sawit dari Indonesia dan gandum dari Rusia.

“Kami tidak melakukan kampanye hitam seperti negara Eropa lain,” kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Ludmila Vorobieva di Jakarta, Juni lalu.

(Baca : Laba Bersih Dua Perusahaan Perkebunan Milik Grup Salim Turun Drastis)

Ludmila pun berjanji akan meningkatkan impor minyak sawit dari Indonesia. Rusia juga menjamin tidak akan mengenakan hambatan non-tarif untuk impor produk sawit. Selain itu, kerja sama ini juga mencakup komoditas pertanian Indonesia yang lain seperti karet, kakao, kopi, dan teh.

 Rusia juga  membuka opsi pembelian buah-buahan dari Indonesia. Sebagai balasannya, Rusia juga menawarkan komoditas gandum, kacang kedelai, dan serealia kepada Indonesia.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyambut baik sikap Rusia yang mendukung kampanye produk sawit Indonesia yang berkelanjutan. Sebab, kampanye hitam yang gencar dilakukan Uni-Eropa cukup menghambat ekspor sawit Indonesia dan menekan harga jual sawit di pasar dunia.